FOKUS JATENG-KARANGANYAR – Keresahan para petani tebu terkait akan diberlakukannya Pajak Pertambahan nilai yang dirasakan memberatkan mendapat empati dari pihak Pabrik Gula (PG) Tasikmadu, Karanganyar. Pihak pabrik berharap pada pemerintah pusat agar melakukan revitalisasi tidak setengah hati.
Manajer PG Tasikmadu Karanganyar Teguh Agung Tri Nugroho mengatakan, proses produksi gula sejauh ini kurang efisien. Agar produksi lebih efisien, di antaranya pol ampas dari gilingan harus di bawah dua agar tingkat kehilangan tidak terlalu banyak. Kemudian zat kering ampas di atas 50, yang artinya ampas yang dihasilkan betul betul kering. Sehingga ketika digunakan untuk energi pembakaran di stasiun boiler lebih efisien karen bisa langsung terbakar. “Sehingga salah satu solusinya adalah elektrifikasi,” ungkap Teguh Agung.
Dalam perkembangan PG Tasikmadu, awalnya menggunakan mesin uap dan kedua menggunakan turbin. Dari empat mesin giling yang dimiliki, satu diantaranya akan diganti menjadi elektro motor. Mesin itu tengah didatangkan dari Jerman dengan nilai mencapai Rp17,5 miliar. Dengan mesin yang ketinggalan zaman, mengakibatkan harga pokok produksi menjadi lebih tinggi karena membutuhkan sumberdaya manusia (SDM) yang lebih banyak. PG Tasikmadu dengan kapasitas 3.000 TCD dalam operasional giling, membutuhkan tenaga kerja hingga 1.000 orang. Dengan demikian, bobot beban produksi setiap kilogram menjadi sangat tinggi.
Berbeda halnya dengan negara Thailand yang memiliki kapasitas 10.000 TCD, tenaga yang dibutuhkan hanya 300 orang. Bobot beban produksi di PG Tasikmadu mencapai 52% atau jauh dari idealnya sebesar 25%. Dengan elektrifikasi, diharapkan SDM menjadi lebih efisien dan tingkat kehilangan rendemen juga lebih rendah. Dari kalkulasi yang dilakukan, revitalisasi pabrik gula membutuhkan dana sekitar Rp1 triliun. Sedangkan membangun pabrik baru dana yang dibutuhkan sekitar 1,6 triliun.
Perubahan elektrifikasi mesin giling, diharapkan dapat menekan harga pokok gula menjadi Rp 7 ribu/kg atau turun dari saat ini sebesar Rp 9-10 ribu/kg. Efisiensi secara simultan diharapkan dapat menjangkau di segala lini agar harga gula Indonesia lebih kompetitif. Pasalnya, harga gula di luar negeri hanya berkisar antara Rp 4-5 ribu/kg. Tercatat ada sekitar 2.000 petani yang berada di bawah kerja PG Tasikmadu. Sementara di Jateng terdapat 13 pabrik gula. Dirinya yakin petani tebu akan bergairah menanam apabila hasilnya menguntungkan. Petani akan terus berkelanjutan apabila margin harga pokok dan harga jual menguntungkan
Skala usaha pabrik gula minimal adalah 150 hari dikali kapasitas produksi. Dengan kemampuan mesin giling 3.000 TCD dikali 150 hari, maka PG Tasikmadu idealnya mampu menggiling tebu 450.000 ton. Namun sejauh ini hanya 316.000 ton dan belum masuk skala usaha. Artinya efisiensi usaha belum dapat karena hari giling hanya 105-110 hari dan harga pokok masih tinggi. Sedangkan 200 hari lainnya untuk keperluan maintenance. Lahan tebu yang mendukung produksi PG tasikmadu mencapai 4.800 hektar yang tersebar di 11 kabupaten. Klaten termasuk wilayah yang ditangani PG Tasikmadu meski di kabupaten itu terdapat PG Gondang. Sebab PG Gondang operasional gilingnya hanya 35 hari. Sehingga sangat tidak mungkin karena satu 1 kg gula yang dihasilkan harganya menjadi Rp 60 ribu. Karena tidak memungkinkan, maka ditangani oleh PG Tasikmadu. (oto)