FOKUS JATENG – WONOGIRI – Warga Desa Pulutan Kulon, Kecamatan Wuryantoro, Wonogiri mulai kembali membudayakan penggunaan kentongan sehari-hari. Salah satu tujuannya adalah mendisiplinkan jam belajar anak sekolah serta menekan angka pencabulan.
Kepala Desa (Kades) Pulutan Kulon, Sulistio Wibowo mengatakan, budaya penggunaan kentongan tradisional dilakukan sejak dua bulan ini. Tujuannya, selain melestarikan budaya adiluhung, juga mendisiplinkan jam belajar anak sekolah.
Baca juga: Nekat…. Berlagak Aparat, Nagih Utang Borgol Kreditur
Menurut dia, setiap pukul 19.00 WIB, warga memukul kentongan secara gobyok (bersamaan) untuk menandai jam belajar dimulai. Lalu pukul 21.00 WIB, kentongan kembali dipukul gobyok tanda jam belajar berakhir.
”Saat memasuki jam belajar, warga mematikan televisi dan radio,” kata dia, Kamis 13 Juli 2017.
Penggunaan kentongan sehari-harinya, menurut Kades juga memiliki manfaat besar lainnya. Misalnya memberi informasi pertemuan, tanda bahaya kebakaran maupun gempa, jam malam, hingga menekan angka kekerasan atau pencabulan.
“Kalau ada pihak yang mencurigakan, seperti berduaan di semak-semak, berkunjung hingga larut malam, serta perilaku yang menjurus ke hal negatif, warga yang pertama kali melihat akan langsung membunyikan kentongan dengan irama tertentu,” sebut dia.
Dia yakin keberadaan kentongan tidak akan tergeser dengan kehadiran handphone. Pasalnya sampai saat ini, misalnya ketika terjadi gempa, maka yang pertama kali dilakukan adalah keluar rumah sambil membunyikan kentongan. Warga lainnya yang mendengarnya langsung tahu bahwa telah terjadi gempa. Malah jarang warga yang mencaritahu melalui web penyedia informasi bencana.
Baca juga: Dua Begal Didor Polisi saat Beraksi di Boyolali
“Kami punya 11 dusun dengan jumlah 1.863 KK, setiap KK minimal memiliki dua buah kentongan, satu di dalam rumah, lainnya ditempatkan di luar rumah,” tandas dia. (ria)