FOKUS JATENG – SUKOHARJO – Sebanyak lima mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) berhasil menciptakan Dekiler Box. Kelima mahasiswa berasal dari lintas fakultas di UMS.
“Dekiler Box merupakan alat sterilisasi praktis, multifungsi, ramah lingkungan dan tanpa listrik yang bisa dipakai oleh seorang dokter gigi yang sedang bertugas di daerah terpencil,” jelas mahasiswa Angkatan 2015 Fakultas Kedokteran Gigi (FKG), Wimmy Safaati Utsani kepada wartawan, di kampus UMS, Pabelan Kartasura, Sukoharjo, Jumat (14/7).
Wimmy menceritakan, latar belakang digagasnya Dekiler-Box karena pernah mendapat berita tentang seorang dokter gigi yang pernah bertugas di daerah terpencil.
“Kendala yang dialami adalah ketika dokter tersebut melakukan pemeriksaan dan tindakan penanganan kepada pasien, fasilitas sterilisasi yang terdapat di daerah tersebut kurang memadai,” ungkapnya.
Dokter gigi yang bertugas di daerah terpencil sering memiliki kendala ketika mereka memeriksa dan menangani pasien lantaran kurang memadainya fasilitas yang terdapat di daerah tersebut. Salah satunya dalam tindakan sterilisasi yang seharusnya wajib dilakukan dokter gigi sesuai standar operasional prosedur (SOP) pelayanan gigi di Indonesia.
Akibatnya, pemeriksaan dan tindakan penanganan kepada pasien menjadi kurang maksimal. Padahal prinsip penting dari pelayanan kesehatan berkualitas adalah perlindungan bagi pasien dari penularan infeksi. Hal tersebut termasuk kebersihan tangan, pembersihan, disinfeksi dan sterilisasi peralatan serta bahan yang digunakan.
Di satu sisi, ada permasalahan jika menggunakan alat sterilisasi kedokteran gigi komersial yang ada sekarang ini, harganya bisa sangat mahal.
“Selain itu, peralatan sterilisasi tersebut rata-rata berat sehingga kurang praktis, apalagi jika harus dibawa hingga daerah terpencil,” jelas Wimmy.
Kelima mahasiswa dari lintas fakultas di UMS tersebut, yaitu Wimmy Safaati Utsani yang merupakan mahasiswa Angkatan 2015 Fakultas Kedokteran Gigi (FKG), Tifani Nazarudin mahasiswa Angkatan 2015 Fakultas Teknik (FT),
Ardhita Rosiana Putri mahasiswa Angkatan 2016 FKG, Muhammad Abu Chaira mahasiswa Angkatan 2016 FKG, dan Bachuroh Fasda mahasiswa Angkatan 2016 FKG.
Di bawah bimbingan drg. Dendy Murdiyanto yang juga Dekan FKG UMS, inovasi dan kreativitas itu dituangkan dalam Program Kreativitas Mahasiswa Bidang Karsa Cipta (PKM-KC), dan berhasil lolos seleksi pendanaan Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) 2017. Karya mereka mendapatkan kucuran dana senilai Rp10 juta
Wimmy selaku ketua Tim PKM-KC, mengemukakan, meskipun sederhana, Dekiler-Box dirancang agar ramah lingkungan, praktis, tanpa listrik dan sangat ekonomis. Produk tersebut ramah lingkungan karena pada kotak bagian kedua yaitu pembersihan instrumen, produk ini menyediakan deterjen dengan bahan kombinasi bio-antibacterial agen laktonat alkaloid, yaitu deterjen yang memiliki beberapa kelebihan antara lain tidak ada efek racun kuat dan tidak korosif terhadap logam.
“Pada umumnya di dunia kedokteran gigi, deterjen yang digunakan untuk pencucian instrumen sangat tidak ramah lingkungan dan mencemari lingkungan karena memiliki bau yang menyengat dan menyisakan sifat korosif pada logam. Maka, produk ini membuat sebuah alat sterilisasi dengan konsep baru yang belum pernah ada sebelumnya yaitu ramah lingkungan agar saat dokter gigi menggunakan alat ini merasa nyaman, tidak mencemari lingkungan dan hasil dari kesterilan alat juga maksimal,” ungkap Wimmy.
Menurut Wimmy, Dekiler-Box dirancang agar tidak perlu memakai listrik karena pada kotak bagian keempat, terdapat panci tekan yang berfungsi sebagai alat alternatif pengganti autoklaf. Prinsip kerja dan hasil kesterilannya sama dengan autoklaf, yang membedakan antara panci tekan dan autoklaf adalah cara penggunaannya, autoklaf memakai listrik sedangkan Dekiler-Box memakai alat pemanas.
Baca juga: Mahasiswa UNS Ciptakan Pemurni Udara dari Tempurung
Wimmy menjelaskan, cara pengoperasian Dekiler-Box, pertama operator memakai masker dan penutup kepala. Lalu operator melakukan hand-hygiene dengan melepas semua perhiasan atau jam tangan di tangan dan mencuci tangan dengan sabun antiseptik sesuai teknik mencuci tangan yang benar. Kedua Personal Protective Equipment, operator memakai surgery gown dan handscoen dengan teknik pemakaian yang benar. (sto)