Pemkab Boyolali Bangun Gedung Server Pertama di Indonesia Mirip Pentagon

Bupati Boyolali Seno Samodro meninjau pembangunan pusat data server Selasa 22 Agustus 2017. Istimewa (/Fokusjateng.com)

FOKUS JATENG – BOYOLALI – Pemkab Boyolali membangun gedung server (pusat penyimpanan data) yang pertama di Indonesia. Bangunan yang akan menjadi induk program ”Boyolali Smart City” ini, dibangun mirip dengan gedung Pentagon di Virginia Amerika Serikat.

”Gedung server ini merupakan induk dari smart city yang dijalankan Pemkab Boyolali. Sehingga infrastrukturnya dibangun dengan spesifikasi yang tinggi. Ini bahkan pertama di Indonesia. Di Jakata ada, tetapi di gedung bertingkat,” kata Bupati Boyolali Drs. Seno Samodro, di sela peninjauan proyek gedung server Selasa 22 Agustus 2017.

Gedung sever ini dibangun di sebelah barat kantor Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Boyolali. Spesifikasinya dibangun tidak begitu tinggi, tapi masuk ke tanah mirip gedung Pentagon. Tujuannya ketika ada gempa bumi atau serangan nuklir sudah bisa diantisipasi. ”Sebetulnya data server ini dibangun di bawah tanah. Kalau ada gempa 7 SR bangunanya bisa menahan getaran,” katanya.

Bupati Boyolali Seno Samodro didampingi Kepala Diskominfo Boyolali Abdul Rohman mengecek pembangunan pusat data server Selasa 22 Agustus 2017. Istimewa

Progres pembangunanya kini sudah sesuai rencana, artinya tidak terjadi keterlambatan. Ide OPD yang bersangkutan sangat bagus, karena dengan anggaran sekitar Rp 3 miliar, nanti dalam setahun sudah kembali modal.

”BPR-BPR di pulau Jawa akan menyimpan data di sini. Inilah inovasi yang ada di sekeliling kita. Desember ini sudah jadi. Boyolali memasuki era baru digital yang kita siapkan. Kita siap menghadapi perkembangan teknologi 100 tahun ke depan sudah mampu,” terang bupati.

Bupati Boyolali Seno Samodro mengecek progres pembangunan pusat data server Selasa 22 Agustus 2017. Istimewa

Nantinya, gedung server ini akan menjadi data center dan beroperasi 24 jam penuh dengan grade 3. Ke depan, selain untuk penyimpanan data smart city Boyolali, tidak menutup kemungkinan disewakan ke pihak lain. Hanya saja terkait pembangunan gedung server ini, mengingat baru pertama di Indonesia, sehingga belum ada regulasi yang mengaturnya. Terkait ini, Bupati menyatakan segera merumuskan perangkat regulasi yang dibutuhkan.

”Repotnya inovasi ya seperti itu, karena regulasi undang-undangnya belum ada. Nanti dimungkinkan mengacu UU informasi dan Transaksi Elektronik (ITE),” jelas Bupati.
Sementara itu, Kepala Diskominfo Boyolali Abdul Rohman menambahkan, mengingat vitalnya gedung server ini, sehingga syarat keamanan menjadi yang utama. Gedung server ini dibangun dengan back up tiga lapis.

Sedangkan struktur bangunan, kekuatan beban mencapai 600 kg/m2 untuk beban maksimal. Spesifikasi ini jauh lebih tinggi dibandingkan pembangunan gedung biasa yang hanya mampu menanggung beban 150-200 kg/m2. ”Kekuatan konstruksi menjadi salah satu syarat utama,” kata Abdul.
Di bagian dalam, sistem menggunakan 2-3 kunci yang meliputi suplai kelistrikan, ketersediaan jaringan internet, serta monitoring. Tiga hal kunci tersebut digabung menjadi service level agreement (SLA) gedung server Boyolali, jaminan keamanan mencapai 99 persen.
Untuk disaster recovery, pihaknya juga bekerja sama dengan gedung server yang Jakarta. Begitu pula sebaliknya, pihak Jakarta juga dimungkinkan ikut sharing atau titip data di gedung server di Boyolali. ”Gedung server ini akan menjadi yang terbesar di Jawa,” imbuh dia.
Gedung data server sebagai penunjang program Boyolali smart city, saat ini sudah mulai dibangun dengan alokasi anggaran senilai Rp 4,2 miliar dan diharapkan November tahun ini selesai dibangun.