FOKUS JATENG — SUKOHARJO — PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia) Rayon Sunan Kalijaga, Komisariat Raden Mas Said, Cabang Sukoharjo tengah menggelar agenda yang bernama Mapaba.
Mapaba merupakan singkatan dari Masa Penerimaan Anggota Baru. Fungsi Mapaba adalah untuk mengenalkan dan menanamkan nilai PMII yang ber-Aswaja Nahdiyin dan berkeindonesiaan kepada setiap calon anggota baru yang ingin mengenal dan akan masuk PMII.
Mapaba yang diselenggarakan Rayon Sunan Kalijaga kali ini diikuti sejumlah 279 peserta dan berlangsung selama 3 hari, Jum’at-Minggu, (25- 27/8/2017) di Pondok Pesantren Al-Muttaqien Pancasila Sakti (ALPANSA) Dukuh Sumberejo Wangi, Desa Troso, Kecamatan karanganom, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.
Mapaba kali ini mengusung tema “ Mewujudkan Generasi Patriotik, Berintelektual, Kritis Dan Berlandaskan Aswaja An-Nahdiyah”. Bertujuan agar calon anggota yang mengikuti dapat menjadi generasi patriotik bangsa dan berintelektual serta kritis dengan tetap berlandaskan Aswaja An-Nahdiyah ditengah banyaknya golongan yang asal mengklaim Aswaja.
Dalam sambutannya, Muhammad Alfi Chanip selaku ketua komisariat Raden Mas Said mengharapkan peserta agar mengikuti proses Mapaba sampai selesai. Disamping untuk bisa saling mengenal satu sama lain. Sekaligus supaya peserta memahami betul bahwa hanya PMII lah organisasi mahasiswa yang benar-benar menjaga kedaulatan NKRI dibandingkan organisasi mahasiswa pada umumnya.
Senada dengan hal itu Thoha Ulil Albab yang juga merupakan Ketua PMII PC Sukoharjo, selain mengucapkan selamat datang para mahasiswa baru yang mengikuti Mapaba turut mengajak peserta untuk menyadari kembali arti kemajemukan Indonesia.
“Sebab hari ini bangsa kita sedang dipecah belah atas nama khilafah. Sedangkan Pancasila serta keanekaragaman di Indonesia merupakan benteng terakhir dan kekayaan bangsa kita yang musti dijaga dan dipertahankan,” tegasnya sebagaimana rilis elektronik yang diterima FokusJateng.
Begitu juga Kyai Syaifudin Zuhri dalam sambutannya sekaligus pengasuh Ponpes Al-Muttaqien Pancasila Sakti menuturkan perlunya kita meneruskan apa yang pernah dicetuskan oleh KH. Muslim Rifa’i Imampuro atau biasa dikenal sebagai Mbah Lim dengan Istilah “NKRI Harga Mati”, yakni tidak ada alasan menolak Pancasila sebagai asas tunggal bangsa.
“Sebab pancasila itu sendiri sebagai asas tunggal juga atas peran sembilan orang yang 4 di antaranya adalah 4 kyai jebolan pesantren serta 4 kyai jebolan perguruan tinggi,” terangnya.
Selain itu Azizul Muhtar selaku Ketua Rayon juga mengatakan perlunya para peserta untuk menjaga sopan santun dan etika selama mengikuti Mapaba demi terciptanya suasana yang nyaman di dalam pondok.