FOKUS JATENG – KARANGANYAR – Sebagian Petani di Kawasan kebakkramat dan Jaten mengandalkan limbah pengolahan tebu PG (Pabrik Gula) Tasikmadu untuk mengatasi kekeringan yang melanda. Lantara kemarau panjang tahun ini membuat lahan pertanian milik mereka kekurangan pasokan air.
Sardi salah satu petani asal Tasikmadu mengungkapkan, tak kurang dari 20 hektar lahan pertanian di kawasan Tasikmadu, yang menggantungkan irigasinya dari limbah pabrik meski dengan risiko mendapatkan bau yang cukup menyengat. Bahkan, untuk pemerataan petani, air limbah dari PG Tasikmadu itu digilirkan untuk mencukupi kebutuhan para petani.
“Seminggu sekali kita dapat giliran limbah untuk mengairi sawah. Kalau tidak dapat giliran, tidak boleh ngambil airnya,” ungkap Sardi saat ditemui di lahan miliknya.
Saat musim kemarau seperti ini, limbah tebu bak seperti emas, ungkap Sardi, lantaran sangat bermanfaat bagi petani. Air limbah pabrik gula itu menjadi satu-satunya sumber air yang diandalkan petani. “Musim kemarau seperti ini, air dari waduk sudah tidak sampai. Karena waduk juga mengalami kekeringan, sehingga airnya juga tinggal sedikit,” kata pria 65 tahun itu.
Tidak kurang dari 5 desa yang petaninya mengandalkan air limbah dari Pabrik Gula yang dibangun pada masa Mangkunegaran IV ini. Diantaranya, Desa Karangmojo, Buran, Kaling Kecamatan Tasikmadu, Desa Brujul Kecamatan Jaten, serta Desa Nangsi, Kecamatan Kebakkramat.
Suroto, petani lain di Desa Kaling menyebutkan, jika pada masa tanam tiga (MT3), keberadaan air untuk sarana irigasi sangat sulit ditemukan. Selain banyak yang mengalami kekeringan, keberadaan air untuk irigasi sulit ditemukan. Diakui dia, meski air limbah dari pengolahan tebu itu, dari berbagai penelitian berdampak negatif, namun petani tidak memiliki jalan keluar lain untuk memenuhi kebutuhan pertanian. “Ya terpaksa digunakan. Kalau tidak, petani tidak bisa panen,” tambah dia.
Penggunaan limbah tebu untuk pengairan pertanian kata Suroto, hanya digunakan saat musim kemarau panjang. Air limbah pengolahan tebu dari PG Tasikmadu juga hanya digunakan untuk tanaman padi. “Selain padi tidak bisa. Limbah ini dimanfaatkan karena tidak ada sumber air lainnya,” tandasnya.