20-an Kader PKK Belajar Membatik di Sentra Kerajinan Batik Dewi Desa Winong Boyolali

Ketua TP PKK Kabupaten Boyolali Desi Adiwarni ikut belajar membantik bersama kader PKK lain di sentra batik Dewi Desa Winong, Boyolali Kota, Kamis 5 Oktober 2017. (Yulianto/Fokusjateng.com)

FOKUS JATENG – BOYOLALI – Sentra kerajinan batik di wilayah Boyolali terus berkembang. Seperti di sentra batik ”Dewi” Desa Winong, Kecamatan Boyolali Kota. Lantaran perkembangannya cukup pesat, maka dijadikan wadah pelatihan kader PKK di Kabupaten Boyolali.

Pada pelatihan yang digelar Kamis 5 Oktober 2017, menghadirkan kader perwakilan PKK tingkat kecamatan se-Boyolali. Turut hadir Ketua TP PKK Kabupaten Boyolali Desi Adiwarni, yang merupakan istri Wabup Boyolali M. Said Hidayat. ”Ya ini kader PKK berlatih bagaimana cara membatik,” tutur Desi.

Kegiatan tersebut, lanjut dia, untuk meningkatkan keterampilan kader PKK, khususnya membatik. Selain itu turut mengembangkan kerajinan batik di Boyolali di setiap kecamatan. ”Diharapkan seni batik di Boyolali bisa berkembang pesat seperti semtra batik di daerah lain,” papar dia.

Para peserta mengikuti pelatihan mulai pengecapan, penyablonan, pembuatan motif hingga mencanting batik tulis. Sebelum praktik, peserta mendapatkan bekal teori dari pemilik sentra, Dewi dan pekerja.

Ketua TP PKK Kabupaten Boyolali Desi Adiwarni belajar memegang canting di sentra batik Dewi Desa Winong, Boyolali Kota, Kamis 5 Oktober 2017. (credit-Yulianto/Fokusjateng.com)

Sementara itu, pemilik sentra batik, Dewi mengaku gembira karena mendapat kepercayaan sebagai tempat pelatihan membatik. Kerajinan batik ini menjadi sandaran ekonomi keluarganya dan mampu membuka lapangan kerja. ”Ada 10 pekerja dengan keterampilan batik printing, cap dan tulis,” ujarnya.

Kerajinan batik yang digeluti sudah sejak tahun 2014. Motif batik muncul dari ide diri sendiri yang merupakan pengembangan dari hasil pelatihan. Seperti tiga motif batiknya kini sudah dipatenkan di Kemenkum HAM. Salah satunya motif batik ikon Sapi Ndhekem.

Terkait penjualan kain batik, dia tidak mengalami kesulitan. Hanya saja, penjualan produk batiknya tidak dilakukan di pasar umum. Dia mengandalkan jaringan atau mitra melalui instansi pemerintah dan sekolah- sekolah. ”Dengan sistem ini, saya malah senang karena bisa mengurangi risiko kerugian. Pembayaran bisa tepat waktu,” tuturnya.