100 Nyai dan Pengurus Fatayat NU Ikuti Halaqoh Kebangsaan di Ponpes Windan

Para pembicara dalam Halaqoh Kebangsaan di Ponpes Mahasiswa Windan, Kartasura, Sukoharjo, Minggu 8 Oktober 2017. (/Fokusjateng.com)

FOKUS JATENG – SUKOHARJO – Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) menggelar Halaqoh Kebangsaan di Pondok Pesantren (Ponpes) Mahasiswa Al Muayyad Windan, Kartasura, Sukoharjo, Minggu 8 Oktober 2017. Kegiatan dengan tema ”Mewujudkan Perempuan Berjiwa Entrepreneurship ini dihadiri 100 peserta. Mereka datang dari para Nyai dan Pengurus Fatayat NU dari Solo, Boyolali, Sukoharjo, dan Klaten.

Sementara, pembicara yang dihadirkan yakni Drg. Siti Farida Wardatul Jannah, M.Si  (Direktur PT. Bengawan Solo Trans). Kemudian KH. Muhammad Dian Nafi’ (Pengasuh Pesantren Al Muayyad Windan Sukoharjo), dan Gus Darul Azka (Pengasuh Pesantren Nurul Iman Mlangi Yogyakarta).

Pada kesempatan ini, Gus Darul Azka menilai tema yang diangkat dalam diskusi tersebut sangat penting untuk memperkuat mental perempuan. Jiwa entrepreneurship, yakni bagaimana ada mentalitas untuk menghasilkan nilai ekonomi untuk diri sendiri. ”Ada dosa yang tidak bisa dihapus karena ibadah-ibadah kita, seperti salat, haji, umrah. Yang bisa menghapus dosa ini adalah jerih payah dan susah payah dalam mencari ekonomi untuk keluarga,” paparnya.

Para pembicara dalam Halaqoh Kebangsaan di Ponpes Mahasiswa Windan, Kartasura, Sukoharjo, Minggu 8 Oktober 2017. (credit-Istimewa/Fokusjateng.com)

Makna entrepreneurship, lanjuta dia, dalam Islam bisa dikatakan kerja keras. Dipaparkan, Nabi pernah mencium tangan seorang sahabat yang melepuh tangannya karena kerja keras memecah batu demi nafkah keluarga.

”Percaya diri adalah sumber atau dasar untuk mencapai kesuksesan. Amal yang paling utama adalah hasil dari keringat sendiri. Sebelum memulai bisnis jangan lupa tanya hukumnya dari yang ahli,  legal apa tidak dalam kaca mata agama,” tandas dia.

Sedangkan Drg. Siti Farida Wardatul Jannah, M.Si memaparkan, menjadi pengusaha atau entrepreneur dibutuhkan keberanian. ”Saat ditunjuk dari Direktur Solo Trans saya harus belajar dari awal. Soalnya background saya adalah dokter gigi. Tapi saya harus mau belajar,  seorang pengusaha juga harus mau belajar,” katanya.

Perempuan sebagai ibu, lanjut dia, selain harus berani dan mau belajar, harus dekat dengan Allah. Sebagai entrepreneur jugalah harus konsultasi dengan yang sudah pengalaman. Perlu juga punya guru spiritual, saya konsultasi ke Habib Luthfi,” tuturnya.

Sebelum memutuskan bisnis apa yang akan dijalani, kata dia, cari peluang yang memungkinkan buat kita. Kalau ide dan pilihan sudah ada tidak boleh ragu untuk melakukan action. ”Tema Halaqah PKB kali ini saya rasa tepat sekali bagi Ibu Muda maupun calon ibu. Karena tantangan ekonomi ke depan sulit,” ujarnya.

Ada dua peran entrepreneur. Yakni sebagai inventor (penemu) dan perencana (planner). Menjadi entrepreneur tidak perlu pinter, tapi jiwa entrepreneur yang harus dibangun. ”Kalau ada yang menghalangi maupun memberi penilaian negatif jangan menjadi beban bagi kita,  tapi jadikan motivasi untuk maju,” tandas Farida.