FOKUS JATENG – BOYOLALI – Setiap 25 Suro atau pekan ketiga bulan Suro, masyarakat Desa Candisari (Pantaran), Kecamatan Ampel, Boyolali, menggelar Sadranan dan tradisi Buka Luwur di makam Ki Ageng Pantaran. Ribuan pengunjung dari berbagai daerah berbaur dengan warga setempat memadati area makam yang terletak di atas bukit yang tak jauh dari bumi perkemahan Indra Prasta Pantaran, Desa Candisari, Kecamatan Ampel. Jumat 13 Oktober 2017.
Para pengunjung yang datang dari berbagai daerah tersebut tidak hanya mengikuti acara doa bersama, namun mereka juga rela berdesak-desakan memperebutkan takir nasi, janur, juga potongan kain bekas penutup makam. sementara, di depan gapura makam berderet gunungan hasil bumi, setelah didoakan gunungan tersebut jadi rebutan pengunjung. Beberapa dari mereka menganggap benda tersebut bisa membawa berkah.
”Sudah tradisi untuk mencari berkah, kami kesini juga untuk berziarah ke petilasan Syeh Maulana Ibrahim Maghribi,” kata Suprihatin (40), salah satu pengunjung. Pengunjung dari Salatiga itu menambahkan mereka berkeyakinan benda-benda itu bisa membantu memperlancar usahanya.
Menurut Pitoyo (65), tokoh masyarakat setempat, ritual buka luwur atau lorodan luwur ditandai dengan kirab 20 orang yang berpakaian kejawen. Mereka membawa kain mori putih,bunga, tombak dan payung mutha.
Kemudian di makam Ki Ageng Pantaran, mereka menyerahkan mori dan payung kepada Wakil Bupati Boyolali M. Said Hidayat yang diteruskan ke juru kunci sebagai pengganti tutup batu tempat semedi Ki Ageng Pantaran, dan nisan serta payung lama yang telah terpasang selama setahun. Ritual itu dilanjutkan dengan tabur bunga, serta diakhiri dengan tahlilan dan Ngalab berkah.
”Juga membawa Tumpeng Rasulan, yang merupakan simbol penghormatan kepada Kanjeng Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya,” katanya.
Selain itu, sesaji juga berupa gunungan dua tupeng nasih liwet yang dihiasi berbagai sayuran atau hasil bumi di lereng Merbabu. Tidak ketinggalan ayam jawa yang dibuat ‘ingkung’.
”Ini memang sudah menjadi kegiatan tahunan, memang terkesan kuno dan tradisional. Tetapi tradisi ini sudah menjadi identitas kami sebagai warga Pantaran,” imbuh Sumarno, salah satu warga setempat.
Menurut Camat Ampel Siti Askariyah, agenda tahuan di Desa Candisari berupa ritual Buka Luwur ini, oleh warga sekitar diyakini akan membawa berkah bagi warga masyarakat desa itu. ”Tradisi ini akan menjadi asset kekuatan untuk memperkuat dan melestarikan budaya. Diharapkan juga bisa menjadi benteng kerukunan antar masyarakat,” katanya.
Dia menambahkan, tradisi buka luwur dan sadranan sebelumnya ini dikelola warga setempat. Setelah pemkab turut ambil bagian, tradisi ini lanjut Dia, semakin menarik wisatawan berkunjung ke Pantaran. ”Setiap tahun selalu diselenggarakan secara reguler sehingga event ini bisa diuri-uri menjadi salah satu aset budaya yang tetap lestari,” tutur dia.