FOKUS JATENG – BOYOLALI – Warga yang bermukim di lereng Gunung Merapi-Merbabu masih menjaga tradisi menjaga lingkungan hingga turun-temurun. Yakni menggelar tradisi kirab budaya menuju sumber air. Tradisi ini digelar oleh warga Dusun Selo Tengah, Desa/Kecamatan Selo, Boyolali Sabtu 4 November 2017.
Sumber mata air itu dinamakan Tuk Babon yang menjadi sumber utama penghidupan warga. Ketergantungan pada Tuk Babon menjadikannya sebagai tempat sakral dan menjadi salah satu pusat pelaksanaan ritual adat dan tradisi.

Warga Dusun Selo Tengah, Desa/Kecamatan Selo, Boyolali menggelar ritual di Tuk Babon lereng Merbabu, Sabtu 4 November 2017. (credit-Yulianto/Fokusjateng.com)
Tradisi ini dimulai dengan kirab hasil bumi menembus satu kilometer ke tengah kawasan hutan Merbabu. Setelah rupa-rupa doa dirapalkan, satu kendi air diambil oleh pemangku adat sebagai simbol sakralitas elemen kehidupan kehidupan.
Satu ekor kambing dipotong di lokasi ritual. Kepalanya serta berbagai hasil bumi diletakkan di salah satu sudut paling suci di sekitar mata air sebagai bentuk sesaji. Gamelan bergaung di tengah kesenyapan hutan, diikuti sejumlah penari yang bergeliat sebagai salah satu bentuk penghormatan pada leluhur. Ritus diakhiri saat peserta ritual memasak dan memakan daging kambing bersama-sama.
Ketua Pengurus Pengairan Tuk Babon Suyitno mengatakan, ritual ini sudah berlangsung sejak nenek moyang. Sehingga sudah menjadi tanggung jawab warga untuk melestarikan. Bila tradisi ini terkikis atau bahkan hilang, sebutnya, hal tersebut bisa dikatakan sebagai bentuk durhaka, baik kepada nenek moyang ataupun alam yang selama ini menaungi warga Selo.
”Kita juga meminta kepada dinas terkait, misal Balai Taman Nasional Gunung Merbabu (BTNG) Merbabu untuk mendukung dan mendampingi kami saat berkegiatan di kawasan taman nasional. Kami para warga sudah sepakat tak akan merusak dan akan aktif menjaga kelestarian hutan,” katanya.