Luapan Sungai Dengkeng Masih Genangi Rumah Warga 

warga mengevakuasi hewan ternak menggunakan gerobak (Joko Larsono/Fokusjateng.com)

FOKUS JATENG-KLATEN- Hingga hari ketiga, luapan air dari anak sungai Dengkeng terus menggenangi rumah warga dan areal persawahan.  Warga yang rumahnya tergenangi air dievakuasi para relawan dan pemerintah desa atau kecamatan setempat. Bantuan dari para relawan terus berdatangan. Bantuan dari mie instan, makanan ringan serta nasi bungkus.

Camat Wedi Kukuh Riyadi saat ditemui ditempat pengungsian mengatakan, warga yang diungsikan di balai desa Brangkal sebanyak 125 orang namun sebagian warga ada yang sudah kembali kerumahnya.

“Ini dari tiga desa,yaitu Desa Brangkal, Desa Melikan dan Desa Pacing. Ya kalau sekarang masih sekitar 80 cm, tadinya 100 cm lebih. Pengungsi dari orangtua dan anak anak,”kata dia.

Kepala Desa Kragilan, Kecamatan Gantiwarno Bambang Samiyo mengatakan, genangan air ditempat pemukiman warga mulai surut. Namun beberapa dukuh masih tergenang air hingga setinggi 20 cm hingga 25 cm. Sedangkan persawahan, air setinggi 1 meter lebih.

“Ini luapan air dari anak sungai Dengkeng. Ini mulai berangsur surut. Tapi 100 hektare sawah masih terendam banjir kerugian warga ditaksir Rp 1 miliar,”katanya kepada wartawan, Kamis (30/11/2017).

Dengan adanya musibah banjir, kata Bambang, pihaknya meminta uluran dari pemeritah kabupaten untuk memberikan bantuan berupa benih padi.

“Tidak ada bantuan. Kami hanya minta kalau ada bantuan di wujudkan benih padi saja, kami kasihan warga. Ini rata rata masih umur 7 hari. Otomatis rusak tanamanya. Ini banjir paling parah dari tahun tahun sebelumnya,”kata dia.

Umi Sholikatun warga Pacing, Kecamatan Wedi saat mengungsi di Balai Desa Brangkal mengharapkan genangan air segera surut. Ia mengaku, adanya banjir tersebut berdampak pada aktivitas sehari harinya.

“Ya, anak ndak bisa sekolah, kerja juga ndak bisa. Kan motor terendam banjir. Sakit sih ndak cuman anak ini nangis terus,”kata dia.

Terkait bantuan, kata Umi, selama ini cukup untuk bantuan makanan, tapi untuk pakaian tidak ada.

“Ini mau ganti pakaian tidak bisa. Disini sudah tiga hari. Bawa pakaian cuman sedikit. Basah semua. Kami berharap kepada pemerintah tidak hanya membantu makanan saja,”tandasnya. (joko L}