Sadranan, Salah Satu Cara Warga Lereng Merapi Ingat Tuhan dan Jaga Silaturahmi

Warga Desa Sruni, Kecamatan Musuk, Boyolali, memanjatkan doa bersama di pemakaman desa setempat Sabtu 2 Desember 2017. (Yulianto/Fokusjateng.com)

FOKUS JATENG – BOYOLALI – Ratusan warga lereng Gunung Merapi Dusun Mlambong, Desa Sruni, Kecamatan Musuk, Boyolali, menggelar tradisi sadranan Sabtu (2/12/2017). Tradisi turun-temurun ini merupakan salah satu cara untuk mengingat Tuhan. Selain itu juga menjaga hubungan silaturahmi antarsesama.

Ritual sadranan ini, warga memanjatkan doa bagi para leluhur yang sudah menghadap Sang Khaliq. Hikmah yang dipetik dari acara ini adalah seluruh manusia akan meninggal menghadap Tuhan. Sehingga dalam menjalani hidup selalu ingat Tuhan dan mengisinya dengan kebaikan dengan sesama.

Warga Desa Sruni, Kecamatan Musuk, Boyolali, memanjatkan doa bersama di pemakaman desa setempat Sabtu 2 Desember 2017. (credit-Yulianto/Fokusjateng.com)

Para warga ini berasal dari sejumlah dusun di Desa Sruni dan sekitarnya. Yakni Dusun Mlambong, Gedongsari, Rejosari, Magersari, Tegalsari dan Wonodadi. Serta dari daerah lain yang memiliki leluhur yang dimakamkan di TPU tersebut.

”Tradisi ini sudah berlangsung turun-temurun sejak nenek moyang yang terus dilestarikan,” kata Hadi Sutarno, sesepuh warga setempat.

Tujuannya antara lain untuk mendoakan kepada para leluhur dan sanak keluarganya yang telah meninggal dunia, agar diampuni dosa-dosanya dan mendapat tempat yang layak disisi Tuhan. Selain itu juga sebagai bentuk syukur kepada Tuhan atas rejeki yang telah dilimpahkan.

Sadranan dilaksanakan setiap bulan Mulud (penanggalan jawa), sehingga oleh warga biasa disebut Muludan. Selain itu juga dalam rangka peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW.


Acara diawali dengan kegiatan bubak atau bersih-bersih makam, yang telah dilakukan sehari sebelumnya atau Jumat 1 Desember 2017. Kemudian hari ini dilaksanakan tradisi tinggalan nenek moyang tersebut.

Kenduri sadranan digelar di tengah makam, di bawah pohon bunga kantil besar yang sudah berumur ratusan tahun. Kebetulan cuaca hari ini tidak hujan.

Dalam tradisi ini dilakukan pembacaan tahlil dan surat Yasin. Setelah doa bersama, kemudian makanan yang dibawa dan dimasukkan tenong itu dimakan bersama-sama. Mereka juga saling tukar makanan.