FOKUS JATENG – BOYOLALI – Peringatan Hari Disabilitas Internasional (HDI) yang diperingati setiap tanggal 3 Desember digelar meriah di Kabupaten Boyolali. Puluhan kaum disabilitas menggelar kegiatan di Pendapa Gede Alun-Alun Kidul Boyolali, Senin 4 Desember 2017.
Dengan mengambil tema ”Menuju Masyarakat Insklusif yang Tangguh dan Berkesinambungan”, acara diawali dengan pawai bersama menggunakan sepeda motor yang dimulai dari Rumah Dinas Bupati Boyolali menuju Pendapa Gede.
Koordinator Lapangan Pusat Pengembangan dan Pelatihan Rehabilitasi Bersumberdaya Masyarakat (PPRBM) Solo Christian Pramudya mendukung upaya Pemkab Boyolali dalam menjembatani kaum berkebutuhan khusus untuk mengekspresikan bakat yang dimiliki.
Pihaknya juga mengucapkan rasa terima kasih atas konsistensi Pemkab Boyolali dalam rangka pemenuhan hak kaum diabel. ”Ketika permasalahan difabel terjadi, bukan hanya Pemerintah saja yang bergerak, akan tetapi semua elemen juga harus bersatu. Hal ini agar dapat mengurangi stigma negatif yang mungkin bisa terjadi,” ungkap Christian.
Pihaknya juga mengajak dan mendorong kaum disabilitas agar mampu berkreasi dengan keterbatasan, yang diharapkan mampu berpartisipasi dalam pembangunan di Kabupaten Boyolali.
Sementara itu, Wakil Bupati (Wabup) Boyolali M. Said Hidayat yang hadir dalam peringatan tersebut mengutarakan pentingnya semangat juang mencari ilmu. Para disabilitas tidak boleh dipandang sebelah mata, karena dengan kemajuan teknologi saat ini, ilmu pengetahuan mampu diserap dari manapun.
”Berani mencoba, mau memperhatikan, tidak ada yang tidak mungkin. Temukan potensi yang ada, niscaya terbentuklah nilai kemandirian dalam diri masing-masing,” pesan wabup.
Selanjutnya wabup juga memberikan bantuan berupa alat bantu dengar dan kursi roda untuk kaum disabilitas. Di hadapan wabup, kaum yang kekurangan fisik ini menampilkan bakat antara lain pantomim, menyanyi, dan menari. Tidak hanya menampilkan bakat yang dimiliki, namun acara tersebut juga menampilkan hasil kreatifitas kaum disabilitas dalam berbagai kerajinan tangan.
Salah satu peserta yang terlibat yakni Rahayu, perempuan yang memiliki keterbatasan fisik ini mampu menjahit serta memproduksi kerajinan tangan berupa dompet dan tas sekolah. ”Meski terbatas, tapi saya ingin menunjukan bahwa saya juga bisa mandiri,” tutur warga Ngablak, Kecamatan Klego, ini.