FOKUS JATENG – BOYOLALI – Para kepala desa (Kades) diminta tidak hanya sekedar memperhatikan warga desanya, namun harus bisa melibatkannya dalam setiap program pembangunan. Hal itu yang disampaikan Tokoh masyarakat sekaligus sesepuh PDIP Boyolali, Seno Kusumoarjo dalam kegiatan Silaturahmi Warga di Kecamatan Sambi, Sabtu (16/12/2017).
“Warga dulu dengan sekarang berbeda. Kalau dulu diperhatikan tuntutannya sudah cukup, tapi sekarang harus juga dilibatkan. Kalau masyarakat dilibatkan (dalam pembangunan), pasti akan berjalan dengan baik,” pesan Seno.
Para Kades juga diingatkan dengan tegas agar selalu berhati-hati dalam menjalankan Dana Desa (DD) maupun Alokasi Dana Desa (ADD). Keuangan desa harus dijalankan dan dikelola dengan baik, salah satunya dengan keterlibatan masyarakat hingga cara pembuatan pertanggungjawaban yang benar.
Selain itu, Seno juga memperingatkan agar Kades maupun perangkat tidak main-main dengan anggaran DD maupun ADD. Menurutnya, jangan sampai ada Kades di Boyolali yang tersangkut kasus penyimpangan DD maupun ADD, karena konsekuensi hukum yang sangat tegas.
“Hati-hati dengan DD dan ADD, kelola yang baik. Kalau belum tahu ya tanya, misal cara membuat SPJ.”
Disisi lain, para camat juga diminta membina hubungan yang baik dengan para Kades, diantaranya tidak menempatkan hubungan antara camat dengan Kades sebagai atasan-bawahan, melainkan sebagai hubungan pertemanan dalam sebuah teamwork yang baik guna memuwudkan pembangunan di desa.
Disela Silaturahmi ini, Seno juga mengapresiasi masyarakat Sambi yang hingga saat ini masih menjalankan gotongroyong dalam setiap kegiatan. Budaya gotongroyong masyarakat ini sangat luar biasa dan berfungsi sebagai penyangga kerukunan masyarakat.
Seperti kegiatan sebelumnya, Silaturahmi Warga di Sambi, masyarakat juga dihibur dengan penampilan Marwoto cs.
Kegiatan Silaturahmi Warga ini, terang Seno tidak hanya digelar 19 kali di 19 kecamatan. Namun akan ditambah satu agenda lagi sebagai penutup, yang akan diselenggarakan besar-besaran. Hal ini dilakukan tidak lain sebagai wujud komitmen dalam melestarikan budaya masyarakat lokal, yang menurutnya tidak kalah dengan budaya lainnya, khususnya di jaman milenium saat ini.
“Guyon waton ini tidak kalah dengan exstravaganza maupun stand up commedy. Jaman milenium saat ini bukan berarti meninggalkan budaya yang ada,” pungkasnya.