FOKUS JATENG-BOYOLALI-Menjelang akhir tahun, kerajinan logam di kawasan industri kerajinan logam di Cepogo, Boyolali, kebanjiran pesanan dari pasar lokal. Kendati menghadapi kenaikan harga logam serta harus bersaing dengan produk luar negeri, namun hingga akhir Desember permintaan justru meningkat.
”Kenaikan harga logam per lembar mencapai 12 persen, tapi tidak begitu berpengaruh terhadap permintaan,” kata Manto (47), perajin logam pemilik PT Pamungkas, di Dusun Tumang, Desa Banaran Kecamatan Cepogo, Boyolali. Selasa 26 Desember 2017.
Sebelumnya, harga bahan baku logam kuningan dengan ukuran tebal satu milimeter rata-rata sekitar Rp2 juta per lembar per 1x2meter. Sedangkan ukuran 0,8 milimeter mencapai Rp1,6 juta per lembar.
Manto mengatakan, bahan baku logam kuningan memang harus mendatangkan dari Jepang, Itali dan Bugaria. Namun, stok bahan baku masih cukup dan tidak menjadi kendala bagi para perajin. Kenaikkan harga logam mengakibatkan biaya produksi juga naik, namun demikian harga produksi konsumen tetap stabil.
”Sejak pertengahan tahun ini mulai membaik. Kami sempat kewalahan melayani permintaan dari pasar lokal,” tutur dia.
Peningkatan pesanan dari pasar lokal, kata Manto berlangsung sejak mendekati akhir tahun ini. Pemesan itu berasal dari sejumlah instansi baik milik pemerintah, Badan Umum Milik Negara maupun swasta. Dia mencontohkan harga sebuah westafel, lampu hias, patung atau kubah, bak mandi, bervariasi antara belasan juta rupiah hingga Rp500 juta per unit.
”Kami juga tengah menyelesaikan pesanan 5000 lampu taman pesanan salah satu pemerintah daerah, yang harus diantar sebanyak 500 lampu setiap minggunya,” katanya. Sedangkan untuk pesanan ke luar negeri, Manto mengaku mendapat tawaran ekspor kerajinan kuningan untuk gapura perbatasan, gereja, dan lampu taman hingga kubah masjid.
Menurut dia, produksi kerajinan logam Tumang memiliki kualitas bagus dan digemari konsumen luar negeri, karena memiliki desain yang unik, sehingga berani bersaing dengan produk luar.
”Kami produk menang didesain dan semuanya dibuat dengan cara tradisional sehingga sulit ditiru,” tegasnya.