FOKUS JATENG – BOYOLALI – Makin seringnya monyet berinteraksi dengan pemukiman warga, membuat monyet-monyet di lereng Merapi makin pintar dan adaptif. Tak hanya memakan komoditas pertanian di ladang warga, mereka kini juga pintar membuka genting rumah untuk mencari makanan di dalam rumah warga.
“Sekarang monyet kadang sudah berani masuk rumah, biasanya lewat atap. Nasi juga diambil. Untung itu tak terjadi di sini, tapi di dukuh lain di Desa Tlogolele,” kata Suwar, Warga Dukuh Stabelan, Desa Tlogolele, Kecamatan Selo, Sabtu 20 Januari 2018.
Untuk menangkal serangan monyet yang biasanya bergerak dalam kelompok yang anggotanya mencapai puluhan ekor, warga mengandalkan anjing. Biasanya saat sudah berhadapan dengan anjing yang bisa agresif, monyet akan menyingkir. Namun bila berhadapan dengan manusia, tak jarang monyetnya masih berani melawan.
“Serangan monyet ini sudah dari dulu terjadi, biasanya menyerang ladang. Jagung, sayur, atau apapun yang ditanam di ladang. Dulu ada juga serangan babi hutan, tapi sekarang sudah tidak ada,” tuturnya.
Karena hidup berbatasan dengan kawasan hutan Merapi, warga pun terkadang maklum saja menjadi sasaran penjarahan monyet. Berbagai upaya sudah dilakukan, misalnya menanam tanaman buah di habitat monyet. Pohon jambu, apel, sawo, dan jeruk sudha ditanam, namun kebanyakan mati karena bibit tanaman tertutup rumput ilalang yang tinggi. Warga pun tak punya ketelatenan jika harus merawat tiap hari sebab ditanam jauh di dalam hutan.
“Monyet atau kera turun ke bawah mungkin karena makanan di habitatnya sudah berkurang atau rusak. Makanya kami upayakan menyediakan sumber makanan langsung di habitatnya sana, namun belum berhasil,” jelas dia.
Kepala Resort Selo Balai Taman Nasional Gunung Merapi (BTNGM), Suwignya mengatakan, monyet biasanya memang menyerang ladang petani yang kerap ditanami sayuran. Di wilayah hutan Blok Tringsing yang berada di atas Desa Tlogolele, terdata ada satu kelompok monyet dengan jumlah anggota sekitar 30 ekor. Sementara di wilayah Suroteleng, terdapat lagi dua kelompok monyet.
“Di Suroteleng sudah kita upayakan menanam pohon buah kersen sebagai penyekat di perbatasan ladang dengan kawasan hutan. Sehingga monyet atau kera tak sampai keluar kawasan hutan untuk cari makanan,” jelasnya.