Polres Boyolali Bersiap Diri Kawal Pilgub Jateng 2018. Ini yang Dilakukan…

Simulasi penanganan kerusuhan Pilgub Jateng di halaman Gedung Demokrasi, Jalan Perintis Kemerdekaan, Boyolali, Rabu 31 Januari 2018. (Yulianto/Fokusjateng.com)

FOKUS JATENG-BOYOLALI-Seluruh elemen masyarakat dan instansi pemerintahan terus bersiap diri menghadapi Pemilihan Gubernur (Pilgub) Jateng 2018. Salah satunya yang dilakukan jajaran Polres Boyolali, Rabu 31 Januari 2018. Yakni menggelar simulasi jika terjadi hal yang paling pahit dalam pesta demokrasi itu, kerusuhan.

“Simulasi ini sebagai bentuk kesiapan kami bersama stakeholder lainnya (TNI, Isntansi lain,red) dalam rangka mewujudkan pelaksanaan Pilkada Damai, aman dan nyaman,” terang Kapolres Boyolali AKBP Aries Andhi, di halaman Gedung Demokrasi, Jalan Perintis Kemerdekaan, Boyolali.

Simulasi penanganan kerusuhan pilkada sebagai bentuk antisipasi apabila tejadi situasi kontijensi, dan gangguan kamtibmas. Meski sudah dipersiapkan dengan matang, namun pihaknya sangat berharap tak ada kejadian seperti yang terjadi pada simulasi tersebut.

“Pelaksanaan pesta demokrasi tetap berjalan sebagai mana tahapannya. Dan masyarakat bisa mengikuti dalam situasi yang nyaman. Tidak ada intervesi, tidak ada tekanan-tekanan. Masyarakat benar-benar merasakan pesta demokrasi,” tegasnya.

Simulasi penanganan kerusuhan ini digambarkan dengan pemungutan suara Pilgub Jateng ricuh. Polisi bahkan terpaksa menembuskan timah panas kepada seorang warga yang berusaha melawan petugas.

Aksi ricuh ini diawali dari segerombolan pemilih yang telat saat mau mencoblos di Tempat Pemungutan Suara (TPS) di Desa Ngargorejo, Kecamatan Mojosongo. Karena sudah habis waktu pencoblosan Panitia Pemungutan Suara (PPS) pun tak memberikan kesempatan pada segerombolan warga yang datang dari perantauan tersebut.

Warga yang kesal dengan petugas, kemudian melakukan aksi anarkis perusakan di TPS tersebut. beruntung aksi warga itu dapat diredam oleh aparat Polisi dari Polsek Mojosongo.

Aksi warga tak berhenti disitu. Warga pun kemudian melakukan propaganda warga lain melalui media sosial (medsos). Isu bahwa Komisi Pemilihan Umum (KPU) Boyolali memihak salah satu calon terus disebar. Warga yang marah kemudian melakukan aksi unjuk rasa ke kantor KPU Boyolali.

Polisi yang mendapatkan informasi akan ada aksi unjuk rasa di Kantor KPU Boyolali langsung melakukan pengamanan. Dengan dijaga ketat oleh Puluhan Polisi dan Polwan, aksi unjuk rasa itu awalnya berjalan damai.

Namun, tak lama kemudian, seorang pengunjuk rasa terus melakukan provokasi. Warga semakin brutal. Petugas dan Kantor KPU terus dilempari batu oleh pengunjuk rasa. Polisi yang melakukan pengamanan terus berusaha meredam aksi warga itu.

Polisipun kemudian mengamankan seorang pengunjuk rasa yang dianggap provokatif tersebut. Namun hal itu justru memicu kemarahan warga semakin memuncak hingga akhirnya terus perlawanan terhadap petugas. Petugas polisi lalu mengeluarkan anjing pelacak dan menembakkan gas air mata untuk membubarkan masa.

Masa pun berhasil dipukul mundur oleh petugas. Tak disangka, masa yang berhasil dibubarkan itu malah bikin kisruh lagi dijalan. Masa melakukan pejarahan di sejumlah toko. Polisi pun kemudian melakukan pembubaran.