Kasus Leptospirosis Ditemukan di 11 Kota/Kabupaten di Jateng, Ini Langkah Dinkes Jateng

Rakor penanganan leptospirosis di kantor Dinkes Boyolali, Kamis 1 Maret 2018. (Yulianto/Fokusjateng.com)

FOKUS JATENG-BOYOLALI-Kasus leptospirosis di Jawa Tengah (Jateng) ditemukan di 11 kota/kabupaten. Penyakit yang disebabkan bakteri kencing tikus ini sudah membikin belasan warga meninggal dunia. Sejak dua bulan terakhir saja, empat warga di Boyolali meninggal dunia karena penyakit ini.
Langkah Pemprov Jateng dan Pemkab Boyolali, menyikapi kasus ini menggelar rapat koordinasi (rakor) Penanganan Penyakit Leptospirosis di kantor Dinas Kesehatan (Dinkes) Boyolali, Kamis 1 Maret 2018. Kepala Bidang (Kabid) Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit (P2P) Dinkes Jateng Tatik Muharyati menjelaskan, dari data tahun 2017 lalu, sebelas kota di Jateng, menjadi wilayah ditemukannya kasus leptospirosis.
Di antaranya Kebumen, Blora, Jepara, Cilacap, Klaten, Kabupaten Magelang, Boyolali, dan Pati.
Kabupaten Kebumen menjadi wilayah dengan kasus tertinggi, yakni 87 kasus dengan jumlah korban meninggal dunia sebanyak 10 orang. Sementara Boyolali menempati urutan ke tujuh dari sebelas wilayah dengan jumlah kasus tertinggi, yakni 34 kasus dengan korban meninggal dunia sebanyak 9 orang.
Untuk penanganan dan menekan jumlah kasus leptospirosis di Jateng, pihaknya akan meningkatkan koordinasi. “Sehingga penanganan bisa dilakukan secara tepat dan tepat,” ujarnya.
Dalam rakor tersebut menghasilkan beberapa rekomendasi dalam penanganan dan pencegahan kasus leptospirosis. Yakni survelaince ketat pada sektor kesehatan manusia maupun sektor kesehatan hewan.
Kemudian, pengendalian populasi tikus di sawah melalui kegiatan gropyokan masal dengan menggandeng pihak lain. Yakni dinas pertanian serta tindakan pengobatan ternak yang terinfeksi leptospirosis, sebab ada temuan kasus sejumlah kasus hewan sapi terkena bakteri leptospira.