“Daun Pintu Setengah Terbuka”, Duet Jurnalis Merangkai Imajinasi

caption foto 2: Lintang Kartika (pegang mic) menceritakan proses cerpen-cerpennya yang dimuat dalam Antologi Cerpen Daun Pintu Setengah Terbuka, didampingi Andri Saptono (moderator), Sastrawan Yuditeha dan paling kanan Hamdani MW (penulis). (Foto: Dok Panitia) (/Fokusjateng.com)

SOLO – Dua jurnalis Kota Bengawan, Hamdani MW dan Lintang Kartika meluncurkan buku kumpulan Cerpen berjudul “Daun Pintu Setengah Terbuka”. Peluncuran buku yang digelar di Roemah Inspirasi pada Rabu (9/5/2018) tersebut, juga menguak sisi terdalam pengendapan emosi jurnalis di antara hiruk pikuk kerja di media yang serba bergegas.

Dua hari setelah peluncuran buku, digelar pula workshop Penulisan Cerpen bertajuk Ciptakan Karya Goreskan Masa Depan, yang digelar Jumat (11/05/2018) hingga Sabtu (12/05/2018) di Waroeng Inspirasi, Solo.
Kedua penulis antologi Cerpen, Daun Pintu Setengah Terbuka, Hamdani MW dan Lintang Kartika, menyambut baik animo mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi saat mengikuti workshop tersebut. “Menulis Cerpen itu Asyik, jadi jangan takut menulis Cerpen,” ujar Hamdani, Jumat (11/05/2018).

Dalam kelas menulis yang dikemas santai dan berisi tersebut, para peserta ingin mengetahui bagaimana mendapatkan ide, mengatasi ide yang macet, hingga bagaimana membuat karya yang bisa enak dibaca. Salah seorang narasumber, Lintang Kartika menyebutkan, untuk mengawali menulis, seorang penulis harus berani menulis salah. “Tidak usah buru-buru mengoreksi atau mengedit setiap saat tulisan yang sedang kalian tulis,” terang Didik Kartika yang memiliki nama pena Lintang Kartika. Pada hari kedua, peserta diajak untuk mengulas karya mereka. Peserta juga antusias bila karya-karyanya kelak bisa dicetak menjadi buku.

Sebelumnya, saat Launching & Bedah Buku Cerpen “Daun Pintu Setengah Terbuka” yang digelar Rabu (9/05/2018) siang, pembedah, Sastrawan Yuditeha menyebutkan, kedua penulis banyak bertutur tentang keluarga. Keluarga menjadi fokus utama dalam antologi Cerpen “Daun Pintu Setengah Terbuka” yang dilaunching di Waroeng Inspirasi, Solo. Melalui Cerpen-cerpen itulah, dua orang penulis, Lintang Kartika dan dan Hamdani MW memotret problematika keluarga dalam balutan cerita yang menyentuh perasaan.

“Banyak cerpen yang dalam antologi ini merupakan tamparan bagi kita, namun ada juga cerpen-cerpen yang membuat pembaca bisa meneteskan air mata,” ujar Sastrawan Yuditeha dalam ulasannya.

Cukup banyak tanggapan dan pertanyaan dalam forum kecil yang digelar santai tersebut, salah satunya terkait dengan pentingnya gerakan literasi dengan hadirnya buku-buku baru dan keberadaan rumah dongeng yang semakin dibutuhkan di tengah era digitalisasi ini.

Walikota Surakarta FX Hadi Rudyatmo dalam sambutannya yang diwakili Kepala Arpusda Surakarta, Sis Ismiyati mengatakan, budaya baca telah melahirkan para tokoh yang menakhodai bangsa-bangsa. Sejarah, ujar Walikota, membuktikan bahwa tokoh-tokoh besar adalah pemikir dan kutu buku.

“Karena itu saya mengapresiasi lahirnya buku-buku baru seperti ini sebagai sumber informasi untuk meningkatkan minat baca bagi generasi muda,” harap Rudy sebagaimana dikutip Sis Ismiyati.

Sementara itu, Ketua PWI Surakarta, Anas Syahirul Alim yang juga hadir dalam kesempatan tersebut berharap, lahirnya antologi Daun Pintu Setengah Terbuka akan mampu mendorong literasi sastra di kalangan generasi muda. Terlebih di era digital yang menawarkan banyak kemudahan. “Penelitian menunjukkan, anak-anak zaman sekarang ini rata-rata hanya bertahan 5-6 menit untuk tidak membuka gadget,” ujarnya.

Workshop Penulisan Cerpen bertajuk Ciptakan Karya Goreskan Masa Depan, digelar dalam suasana santai, Jumat (11/05/2018) & Sabtu (12/05/2018) di Waroeng Inspirasi, Solo. (Foto: Dok Panitia)

Direktur Solo Mengajar, Gentur Yoga Jati yang menjadi tuan rumah dalam acara itu, dalam sambutannya sangat mengapresiasi lahirnya antologi cerpen tersebut. Menurutnya, lahirnya buku-buku baru bisa menginspirasi gerakan literasi demi melahirkan generasi-generasi muda yang tidak “korslet” atau tidak nyambung. “Sekarang ini banyak anak yang ‘prejengannya’ Solo, tapi tidak tahu apa-apa tentang Solo. karena itu, selamat menginspirasi melalui buku,” ujarnya. (Didik Kartika)