Polres Sragen Gelar FGD Bersama Admin Medsos dan Stakeholder, Ini Harapan Kapolres AKBP Arif Budiman

Polres Sragen menggelar FGD bersama stakeholder di lapangan mapolres setempat Selasa 15 Mei 2018. (Huriyanto/Fokusjateng.com)

FOKUS JATENG-SRAGEN-Polres Sragen bersama forum komunikasi pimpinan daerah (forkopimda) dan admin komunitas mesdsos Sragen menggelar focus group discussion (FGD) di lapangan mapolres setempat Selasa 15 Mei 2018. FGD kali ini membahas tentang maraknya peredaran minuman keras (miras) dan narkoba di wilayah Sragen.
Tampak hadir pada acara ini yakni perwakilan Pemkab Sragen, Dandim 0725/Sragen, MUI Sragen, Ketua dan Wakil Ketua DPRD Sragen, Kumpulan Wong Sragen (KWS), MST, Info Cegatan Wong Sragen (ICWS), Antebing Kalbu (Tebu), C’SAR, Sragen Great Family, You Tuber Sragen, Duta Amanah Indonesia, dan komunitas lainnya.
Kapolres Sragen AKBP Arif Budiman mengatakan, penjualan miras dan barkoba marak terjadi di wilayah Sragen melalui online. “Bisa kita bayangkan 15 tahun lalu kita tidak dengar ada penipuan melalui Facebook, tidak ada penjualan miras online, tidak ada penjualan narkoba melalui media sosial. Namun sekarang media sosial telah di manfaatkan pengedar untuk penjualan,” paparnya.
Saat ini, lanjut dia, medsos digunakan untuk transaksi narkoba dan obat-obatan terlarang. Hal ini menjadi keprihatinan dan penangan dari semua pihak termasuk netizen.
“Beberapa kasus yang kami tangani terakhir ini, banyak penjualan pil koplo via Facebook. Bahkan ada penjualan obat penggugur kandungan murah beserta tutorial penggunaan. Ini sangat memprihatinkan. Apakah cara yang disampaikan itu benar, jangan-jangan asal-asalan. Kalau ada risiko, siapa yang bertanggung jawab,” kata kapolres dengan nada tanya.
Dalam hal ini, netizen, terutama admin-admin grup medsos dapat menyaring informasi yang disampaikan anggota. Bahkan bisa melaporkan informasi yang memuat sara, atau penjualan obat-obatan terlarang.
“Media sosial (medsos) itu bisa menjadi sarana pemersatu, tapi juga bisa jadi sarana pemecah persatuan dan kesatuan. Bagaimana kita membangun kesadaran masyarakat untuk menggunakan medsos secara cerdas,” tandasnya.
Salah seorang peserta FGD, Suratno menuturkan, upaya pencegahan miras tidak akan selesai kalau industri miras sendiri masih beroperasi. Pihaknya meminta aparat dan pemerintah bisa menutup pabriknya. “Sebenarnya kalau pabrik miras ditutup semua selesai. Tinggal bagaimana ketegasan pemerintah dan aparat,” tutur dia.