FOKUS JATENG-SOLO-Ketua Komisi I DPR RI, Abdul Kharis Al Masyhari prihatin dengan kondisi Monumen Pers Nasional (MPN) yang dinilainya belum mencerminkan museum sekelas kelas nasional. Padahal, monumen pers ini menyimpan cerita dan benda-benda bersejarah tentang perjalanan pers Indonesia dari zaman ke zaman. Termasuk menyimpan koleksi-koleksi pers dari berbagai media di tanah air.
Untuk itulah, Abdul Kharis mendesak agar Monumen Pers Nasional (MPN) dilakukan revitalisasi. “Koleksinya bagus tapi bangunan dan fasilitasnya kurang memadai. Apalagi ini menjadi satu-satunya museum pers di Indonesia yang menyimpan cerita dan benda-benda bersejarah perjalanan pers tanah air,” katanya saat mengunjungi Monumen Pers Nasional (MPN) di Jalan Gajah Mada 59 Surakarta tersebut, Kamis 17 Mei 2018.
Ia menyebut pengunjung mau parkir saja susah karena keterbatasan lahan parkir. Lalu ruang untuk wartawan sempit dan di pojok dekat kamar mandi. Banyak yang harus diperbaiki, baik fasilitas bangunan maupun fasilitas pendukung lainnya.
“Saya minta kepala monumen pers membuat usulan revitalisasi. Ini harus dianggarkan khusus buat revitaliasi. Apalagi sudah lama tidak diperbaiki,” ungkap Abdul Kharis.
Dalam kunjungan ke Monumen Pers Nasional (MPN), Abdul Kharis melihat-lihat semua lokasi penyimpanan koleksi monumen serta fasilitas yang dimiliki. Ia meneliti dengan serius kondisi fasilitas monumen pers. Kemudian ia juga membandingkan dengan museum sejenis di berbagai kota di Eropa.
Kharis menilai masih banyak yang harus diperbaiki dan dilengkapi dengan peralatan modern. Ia bahkan mengusulkan agar bangunan monumen ini dilakukan revitaliasi secara komprehensif sehingga bisa menjadikan monumen pers yang benar-benar menarik dan nyaman bagi pengunjung.
“Kalau melihat koleksi yang dimiliki, sebenarnya sudah menarik. Tetapi fasilitasnya harus ditambah. Ruang audio visualnya tidak ada, media centernya juga gak ada, ruang media kekinian juga perlu, dioramanya masih kuno banget, penyimpanan naskah masih banyak yang numpuk-numpuk berjejalan. Maka kalau saya yang paling mendesak harusnya memang direvitaliasi. Ini kekayaan bangsa kita. Apalagi gedungnya sendiri juga gedung bersejarah,” papar Abdul Kharis.
Abdul Kharis akan menyampaikan kepada Menteri Kominfo untuk meninjau dan lebih memperhatikan keberadaan Monumen Pers Nasional (MPN) ini. “Pengunjung museum ini kan bukan hanya dari masyarakat lokal, tapi juga seluruh Indonesia. Bahkan para peneliti dari luar negeri juga berkunjung disini. Karena ini satu-satunya museum pers di Indonesia,” tambah Hari.
Kepala Monumen Pers Nasional (MPN), Suminto Yuliarso mengakui bahwa keberadaan bangunan ini memang makin terbatas seiring dengan terus bertambahnya koleksi monumen. Suminto Yuliarso di hadapan Ketua Komisi I juga mengakui bahwa program revitalisasi monumen ini memang sudah lama sekali tidak dilakukan mengingat anggaran yang terbatas.
Atas usulan dan arahan dari Ketua Komisi I tersebut, Suminto menyambut baik. Untuk itulah pihaknya akan berkoordinasi dengan jajaran birokrasi Kantor Kominfo di Jakarta. “Kalau melihat potensi museum ini memang luar biasa, tiap hari selalu banyak dikunjungi masyarakat. Ini tantangan kami untuk membuat pelayanan lebih baik, apalagi jika revitalisasi nanti bisa terwujud,” paparnya.