FOKUS JATENG-SRAGEN-Sebanyak 28 desa yang tersebar di tujuh kecamatan di wilayah Sragen rawan krisis air bersih. Hal ini sesuai evaluasi Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sragen pada musim kemarau tahun 2017.
Sempat terjadi hujan beberapa hari lalu belum berdampak signifikan terkait krisis air bersih di wilayah Sragen. Lantas kecamatan yang rawan kekeringan yakni Sumberlawang, Miri, Jenar, Gesi, Sukodono, Mondokan, dan Tangen. “Kami mengirim air bersih ke wilayah kekeringan setelah koordinasi dengan BPBD Sragen,” terang Direktur PDAM Tirto Negoro Sragen Supardi, Sabtu 30 Juni 2018.
Bantuan air bersih sudah disalurkan sejak sepekan lalu di wilayah langganan kekeringan. Pihaknya terus menjalin koordinasi dan komunikasi dengan BPBD Sragen, jika sewaktu-waktu ada permintaan droping air bersih langsung dikirim. “Kemarin sudah mengirim ke daerah yang meminta droping,” jelas dia.
Terakhir pengiriman di daerah Sumberlawang satu tangki. PDAM sendiri siap mengoperasikan 4 tangki mobil untuk menjangkau daerah kekeringan. Pihaknya siap mensuport kebutuhan air bersih di daerah kekeringan.
”Anggarannya melalui BPBD, terus biasanya juga dari komunitas/swasta. Terakhir yang menghubungi kita dari Gereja Katolik 20 tangki, terus dari Pawarten (Perkumpulan Masyarakat Klaten di Sragen) kira-kira 10 tangki, jadwal menyusul,” katanya.
Sementara itu, Kepala Pelaksana Harian BPBD Sragen Sugeng Priyono menjelaskan, ada tujuh kecamatan di Sragen yang rawan kekeringan. Kebutuhan air bersih di sejumlah titik meningkat akibat musim kemarau tahun ini sejak menjelang lebaran lalu. ”Untuk wilayah Kabupaten Sragen setidaknya tujuh kecamatan yang rawan kekeringan, berdasarkan data dari BPBD,” terang Sugeng.
Pihaknya sudah melakukan langkah antisipasi terkait kekeringan yang hampir selalu terjadi di musim kemarau. BPBD Sragen mengalokasikan anggaran Rp 44.500.000 untuk persediaan air bersih.