Siapkan SDM Terampil Berkomunikasi, SMK Ngargoyoso Karanganyar Beri Les Bahasa Inggris pada Tukang Ojek

Para tukang ojek di Ngargoyoso, Karanganyar, mahir berbahasa Inggris. (Suroto/Fokusjateng.com)

FOKUS JATENG – KARANGANYAR – Kalimat-kalimat berbahasa Inggris beberapa kali dilontarkan sejumlah tukang ojek di Pasar dan Terminal (Pater) Kemuning, Kecamatan Ngargoyoso, Karanganyar, Jawa Tengah, Rabu 12 September 2018.

“How much? (Berapa harganya)” ucap seorang tukang ojek. Sesekali juga mereka mengenalkan destinasi wisata yang ada di Ngargoyoso dengan singkat. Itulah sekilas gambaran kursus bahasa Inggris yang digelar SMK Ngargoyoso kepada sejumlah tukang ojek di sana.

Para tukang ojek itu nampak beberapa kali mengulangi kalimat yang diucapkan sang pengajar, Widodo yang merupakan guru bahasa Inggris SMK Ngargoyoso. Widodo kali ini mengajarkan bahasa Inggris selama kurang lebih satu jam.

Menurut Kepala SMK Ngargoyoso Sri Eka Lelana, kursus bahasa Inggris ini merupakan bagian dari tanggung jawab sosial (CSR) sekolah untuk memberdayakan masyarakat di sekitar Ngargoyoso.

“Kita berharap bisa menyiapkan sumber daya manusia untuk menyikapi pariwisata di Ngargoyoso, sekaligus mendukung program Pemkab Karanganyar menjadikan Ngargoyoso sebagai destinasi wisata tingkat internasional,” kata Sri Eka Lalana kepada awak media.

Menurut pengakuan tukang ojek Pater Kemuning, mereka dalam beberapa hari belakangan cukup sering mengantar wisatawan ke sejumlah tempat di Ngargoyoso. Wisatawan asing yang mereka ladeni pada umumnya berasal dari Amerika Serikat, Jepang, Prancis, Belanda, dan Jerman.

Tempat yang sering menjadi pilihan wisatawan di antaranya adalah Candi Sukuh dan Candi Cetho yang merupakan destinasi wisata populer di Ngargoyoso. Bahkan, beberapa tukang ojek pernah mengantar wisatawan asing sampai ke Tawangmangu dan Sarangan, Magetan, Jawa Timur yang berjarak belasan kilometer lebih dari Ngargoyoso.

Menurut Sri Eka, kursus bahasa Inggris kepada tukang ojek ini sudah berjalan selama satu bulan terakhir. Kursus dilaksanakan setiap hari pasaran pada hari Pon dan Legi.

Karena ini merupakan kegiatan tanggung jawab sosial, maka tidak ada biaya yang dipungut selama tukang ojek mengikuti kursus.

“Kita akan memberikan kursus tidak berbatas waktu, kalau tukang ojek merasa masih membutuhkan, kita akan tetap memberikan kursus,” kata Sri Eka Lelana.