Pendaki Gunung Slamet Asal Klaten Lolos dari Maut Percobaan Pembunuhan sang Teman, Ini Kronologinya…

Lusia, korban penganiayaan menjalani perawatan di RSUD Pandan Arang Boyolali ditemani sang ayah Rabu 19 September 2018. (Yuianto/Fokusjateng.com)

FOKUS JATENG – BOYOLALI – Pengalaman tragis dialami Lusia Intan Wikayaningsih (17), pendaki Gunung Slamet asal Desa Duwet, Kecamatan Ngawen, Kabupaten Klaten. Dia lolos dari maut atas percobaan pembunuhan yang dilakukan sang teman sesama pendaki bernama Bagus Aulid Saputra (22), warga Desa Banyuanyar, Kecamatan Ampel, Boyolali, Jawa Tengah.

Peristiwa itu terjadi setelah turun dari Gunung Slamet, Senin 17 September 2018. Kasus ini langsung diselidiki polisi, sehari setelah kejadian, pelaku berhasil diamankan. Kini, Lusia masih menjalani perawatan intensif di RSUD Pandan Arang, Boyolali.

Saat ditemui wartawan Rabu 19 September 2018, Lusia menceritakan kronologis pengalaman tragis yang dialami. Pada April lalu dia perkenalan dengan pelaku. Keduanya bertemu saat mendaki di Gunung Andong, Magelang. Setelah berkenalan lebih jauh lewat telepon, untuk mengisi waktu libur, mereka memutuskan naik ke Gunung Slamet.

Setelah keduanya bertemu di Solo, mereka berangkat berboncengan menggunakan sepeda motor korban dan mulai melakukan pendakian Gunung Slamet. Pendakian melalui pintu pendakian Blambangan, Purbalingga, pada Jumat 14 September 2018 dan turun pada Minggu 16 September 2018.

Setelah semalam menginap di basecamp pendakian, pada Senin pagi, mereka pulang dengan posisi korban membonceng tersangka.

“Selama pendakian dan perjalanan dia biasa saja, tidak ada yang aneh,” kata siswi kelas III di sebuah SMK di Klaten ini.

Kejanggalan mulai dirasakan saat sampai di Magelang. Mereka ambil jalan pulang ke melalui wilayah Kopeng, namun tak melewati jalur utama dan malahan lewat jalur desa. Alasannya, jalur tersebut lebih cepat sebab korban harus sekolah keesokan harinya.

“Saat lewat jalan desa tersebut saya mulai curiga kalau tersangka punya maksud buruk,” tutur dia. Setelah menyisir jalan desa dan hutan, sekitar waktu maghrib, keduanya sampai di wilayah Kelurahan Mojosongo di batas Kota Boyolali. Korban semakin curiga sebab tersangka masuk ke perladangan warga dan berhenti.

Begitu motor berhenti, tersangka turun dari motor. Tanpa berkata apa-apa, ia mencopot helm korban dan langsung mencekik hingga korban terjatuh dari motor.

Sembari mencekik, tersangka mencoba menusuk perut korban dengan pisau, namun meleset dan mengiris pergelangan korban. Belum puas, tersangka meraih batu dan menghantamkannya berkali-kali ke kepala korban. Dengan muka bermuluran darah dan lidah menjulur, korban lalu berdiam diri berpura-pura mati. Siasatnya ternyata berhasil.

“Dalam kondisi seperti itu, entah kenapa tiba-tiba kepikiran untuk berpura-pura mati,” papar Lusia.

Sekitar beberapa menit, korban menahan napas membujur kaku. Tersangka terkecoh, mengira korbannya sudah meninggal, ia pergi membawa barang dan motor korban. Setelah korban pergi, dia masih diam sekitar sepuluh menit memastikan tersangka sudah pergi.

“Setelah yakin dia pergi, saya lalu pergi ke perumahan terdekat dan ditolong warga lalu dibawa ke rumah sakit,” jelasnya.

Kapolres Boyolali AKBP Aries Andhi melalui Kasatreskrim Polres Boyolali AKP Willy Budiyanto menjelaskan, usai kejadian, pada Selasa sore 18 September 2018, polisi langsung melakukan perburuan dan berhasil menangkap tersangka di wilayah Mertoyudan, Kabupaten Magelang.

“Diamankan pula barang rampasan berupa satu unit sepeda motor dan telepon genggam milik korban,” terangnya.