FOKUS JATENG-KARANGANYAR-Kemarau panjang berdampak pada aktivitas pertanian di wilayah Karanganyar, Jawa Tengah (Jateng). Saking parahnya, sumur diesel yang menjadi andalan petani sudah tidak mengeluarkan air lagi.
Seperti yang terlihat di areal persawahan petani di Desa Mojoroto, Kecamatan Mojogedang, Karanganyar, Senin 1 Oktober 2018. Sebagian petani, jauh-jauh hari membiarkan lahan sawahnya mengering. Sebab, untuk mendapatkan air sangat sulit.
“Kami nekat menanam padi. Meskipun setiap hari mulai malam hingga pagi menghidupkan mesin diesel di sawah untuk pengairan. Ini saja airnya sudah tidak lancar karena kemarau,” tutur Sigi, salah satu petani ketika dijumpai wartawan.
Sigi masih beruntung di tengah musim kemarau panjang ini. Sebab, mesin dieselnya masih bisa mengeluarkan air, meski sudah tidak lancar. Hal ini berbanidng terbalik dengan petani lain yang mesin dieselnya sudah tidak mengeluarkan air.
Di wilayah Mojogedang banyak sekali lahan yang dibiarkan karena tidak ada air. Bahkan jumlahnya hingga kisaran 50 hektare lebih yang tidak ingin merugi karena belum ada air hujan. “Kalau 50 hektare lebih sawah yang tidak digarap. Ya bagaimana lagi, pertani tidak bisa berbuat banyak,” tutur dia.
Wilayah Mojogedang selama hampir 50 tahun bertani, jika selama ini hanya menggantungkan saluran irigasi dari sungai yang ada di sekitar. Namun beriring perkembangan jaman, saluran irigasi dari sungai tak lagi cukup, disamping kondisi air yang terus menyusut juga banyaknya lahan petani yang harus dialiri.
Sementara untuk tampungan air, seperti embung atau waduk, di daerahnya sama sekali tidak ada. “Harapan saya perlu diberikan sumur dalam yang bisa digunakan untuk irigasi. Tentu untuk kelompok tani, bukan untuk individu. Biar nanti bisa digilir,” katanya.