FOKUS JATENG-SRAGEN-Pecinta sepak bola siapa yang tidak mengenal Aris Indarto. Pria yang memiliki tubuh tinggi tegap ini adalah asli Kota Sragen. Bahkan sosok Aris ini kerap melintas di depan para wartawan yang bertugas di Kabupaten Sragen.
Aris adalah bisa disebut palang pintu yang kokoh di lapangan hijau pada masanya. Saat ini dia masih disibukkan dengan sepak bola, terutama pembinaan usia muda. Dia menyambut dengan ramah saat berbincang dengan wartawan Selasa 6 November 2018. Banyak hal yang dibicarakan, mulai dari keluarga, kesibukan, pembinaan sepakbola, sampai soal suporter sepak bola.
Dia menjelaskan bahwa dirinya memang asli dari Sragen, tepatnya di Kelurahan Nglorog, Kecamatan Sragen. ”Orang tua memang dua-duanya asli Sragen, Kakek-nenek saya dari Nglorog,” ujar pemain yang pernah membela Persija bersama Bambang Pamungkas ini.
Di usia yang memasuki 41 tahun masih tidak lepas dari sepak bola. Mulai menjadi komentator, pembinaan, pelatih dan sebagainya. Selain juga menjadi salah satu karyawan swasta. Aris sendiri juga punya Sekolah Sepakbola (SSB) di Sragen. ”Sekarang jadwal saya paling nggak sebulan sekali ke Sragen, menengok akademi dan SSB saya,” tutur mantan Kapten Macan Kemayoran ini.
Dia sudah 4 tahun terakhir mengelola Baretti Soccer Academy yang berlatih di Stadion Taruna Sragen. Saat ini sudah ada 40 an siswa calon pemain potensial. Selain itu dia juga mengurus SSB Macan Kemayoran di Jakarta dengan lebih dari 60 siswa.
Dia menyampaikan sebagai mantan pemain profesional berharap potensi dari Sragen bisa melejit di tingkat nasional. Bapak dari dua anak ini menyampaikan kurangnya kompetisi menjadi salah satu hambatan perkembangan sepkabola usia muda. Dia berharap ada yang bisa berkarir gemilang di olahraga ini.
“Potensi di Sragen bagus, sayangnya. Untuk jenjang SMP-SMA sulit karena tidak ada SSB yang menaungi, karena secara turnamen dan even seumur mereka jarang, daripada event yang 12 tahun kebawah,” terangnya.
Soal suporter Indonesia dia menyayangkan masih terjadi kekerasan antar suporter. Terakhir menewaskan seorang suporter persija. Aris mengingatkan pada para suporter bahwa rivalitas itu hanya ada di lapangan. Selebihnya semua suporter sepakbola itu saudara.