FOKUS JATENG-BOYOLALI-Hipertensi atau tekanan darah tinggi menjadi penyakit dengan jumlah penderita tertinggi di wilayah Boyolali. Hal ini dinilai karena perubahan pola gaya hidup masyarakat.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Boyolali Ratri S. Lina mengatakan, saat ini ada pergeseran jenis penyakit di masyarakat, yakni penyakit menular menjadi tidak menular. Dan yang paling menonjol adalah peningkatan penyakit hipertensi Yang saat ini menjadi penyakit yang paling banyak diidap masyarakat, khususnya di Boyolali.
“Dulu penyakit infeksi saluran pernafasan atau ISPA paling banyak penderitanya. Tapi sekarang adalah hipertensi,” katanya, di sela seminar nasional dalam menyambut Hari Kesehatan Nasional (JKN) di Balai Sidang Mahesa, Boyolali, Selasa 6 November 2018.
Dari perkiraannya, jumlah pengidap hipertensi mencapai 40 persen dari 10 besar jenis penyakit yang paling banyak diidap warga Boyolali. Dalam hitungan skala, satu dari sepuluh warga Boyolali mengidap hipertensi.
Kisaran umur pengidap penyakit ini juga bergeser. Jika dulu pengidap hipertensi mayoritas manula berusia di atas 60 tahun, sekarang hipertensi juga banyak diidap warga di kisaran umur 40 tahun. “Tak hanya yang tua, sekarang yang muda juga banyak yang kena hipertensi,” tegas dia.
Penyebab dari peningkatan jumlah penyakit tersebut, sambungnya, disebabkan perubahan gaya hidup masyarakat. Dengan kemajuan teknologi sekarang, aktivitas fisik makin berkurang serta pola makan yang tak sehat. “Misal sekarang orang jarang jalan kaki. Kemana-mana pakai kendaraan. Urusan cukup diselesaikan lewat telepon. Kurangnya aktivitas fisik ini menjadi penyebab hipertensi,” katanya.
Upaya menekan jumlah penyakit ini terus dilakukan lewat berbagai program. Dinkes Boyolali sendiri saat ini menggiatkan skrining, dimana warga di atas usia 15 tahun didorong melakukan pengecekan tensi darah, minimal setahun sekali. Masyarakat juga didorong untuk lebih beraktivitas fisik, misal dengan olah raga.