FOKUS JATENG-BOYOLALI-Palang Merah Indonesia (PMI) Boyolali menggelar simulasi pengendalian dan penanganan kasus luar biasa (KLB) leptospirosis Rabu 7 November 2018. Simulasi ini dilakukan di Desa Sobokerto, Kecamatan Ngemplak, Boyolali, Jawa Tengah.
Simulasi ini untuk mengantisipasi apabila wabah penyakit yang dapat menular ini muncul lagi. Koordinator Program kesiap siagaan Epidemik Pandemik, PMI Boyolali, Sukardi, menceritakan awalnya suatu pagi masyarakat desa beraktifitas normal seperti biasanya. Ada yang meladang dan ada juga yang mencari ikan di perairan waduk Cengklik.
Secara tiba-tiba ada beberapa anak ditemukan sakit dengan gejala demam, mual, dan muntah-muntah. Sakit yang dialami beberapa anak ini kian parah. Demam badannya terus bertambah tinggi dan menggigil. Tambah lagi kepalanya pusing serta mengalami diare.
Mengetahui hal tersebut, warga memanggil bidan desa untuk pemeriksaan. Bidan desa yang curiga dengan gejala penyakit tersebut langsung menghubungi koordinator relawan pengendalian KLB untuk dibantu rujuk ke puskemas terdekat
“Petugas medis memperkirakan adanya penyakit leptospirosis,” katanya. Mengetahui hal tersebut, bidan desa melaporkan ke kepala desa (Kades) Sobokerto.
Dilapori ada KLB, Kades langsung ambil tindakan. Koordinator relawan pengendalian KLB diminta untuk melakukan pengecekan dan berkoordinasi dengan dinas kesehatan (Dinkes) dan Dinas Peternakan dan Perikananan (Disnakkan) Boyolali.
Kemudian Relawan Pengendali KLB untuk melakukan pendataan (surveilans pasif) warga menemukan kembali seseorang dengan gejala yang sama. Tim pengendalian KLB melakukan pendataan dan melaksanakan tugasnya sebagai surveilans berbasis masyarakat.
Tim Pengendalian KLB juga melakukan Koordinasi dengan PMI Boyolali. tak hanya itu saja, Petugas dinas peternakan dibantu relawan pengendalian KLB untuk melakukan penangkapan tikus dan pengambilan sample untuk uji laboratorium agar memastikan dengan adanya diagnosa leptospirosis.
“Hasil uji lab oleh Dinas Peternakan terhadap beberapa tikus, ternyata dinyatakan positif leptospirosis,” katanya. Mengetahui hal itu, Kepala Desa meminta koordinator pengendali KLB untuk segera mengumpulkan tim pengendali KLB dan memerintahkan melakukan tindakan pencegahan KLB.
“Wilayah Desa Sobokerto dinyatakan sebagai KLB Liptospirosis,” tegasnya. Setelah koordinasi dengan PMI Boyolali, Relawan Pengendalian KLB melakukan Promosi Kesehatan kepada masyarakat. Relawan juga membantu petugas veteriner Disnakkan melakukan vaksinasi, desinveksi kandang dan ternak.
Sementara itu, Kepala Desa Sobokerto, Rahmin mengapresiasi kegiatan ini. Begitu juga dengan Kader penggerak kesehatan Desa yang telah dilatih untuk menangani kasus Liptospirosis. “Bukan berarti kami berharap kasus ini (Liptospirosis) muncul lagi. namun sebagai bentuk kesiapan saja, apabila kasus serupa muncul lagi, Desa kami akan lebih siap,” ujarnya.
Dia menyebut, pada tahun 2017 satu warga Dukuh Kedunggobyak, Desa Sobokerto, Kecamatan Ngemplak menderita Liptospirosis lalu meninggal dunia. Pihaknya pun langsung melakukan sosialisasi pola hidup sehat kepada seluruh masyarakatnya.
“ Alhamdulillah, masyarakat sekarang lebih menjaga kebersihan untuk mencegah penyakit itu muncul lagi,” imbuhnya.