FOKUS JATENG-BOYOLALI-Terobosan Dinas Kesehatan (Dinkes) Boyolali dalam sosialisasi promosi kesehatan cukup unik. Biasanya hanya mengandalkan iklan di spanduk atau media sosialisasi lainnya, kini sudah merambah ke event offair.
Yakni membikin kegiatan yang sekiranya dapat mengangkat budaya lokal. Melalui pagelaran ketoprak, Dinkes Boyolali mengajak masyarakat untuk lebih hidup sejat, Minggu malam 11 November 2018. Gelaran seni budaya ini menjadi cara baru untuk mengedukasi masyarakat tentang kesehatan. Terutama, untuk menekan angka kematian ibu melahirkan.
Kepala Dinkes Boyolali, dr. Ratri S Survivalina mengatakana, ngka kematian ibu dan bayi di Boyolali masih tinggi. Selama tahun ini saja, angka kematian ibu (AKI) sebelum 40 hari pasca melahirkan sudah mencapai 15 kasus.
Padahal, selama tahun 2017 lalu, hanya ada 14 kasus AKI. Sedangkan untuk angka kematian bayi (AKB) lebih dari 30 kasus. Kasus kematian ibu dan anak masih mengancam kehidupan manusia.
Lina menyebut, ada dua faktor penyebab tingginya AKI dan AKB. Yakni faktor ibu itu sendiri dan faktor dari luar, seperti faktor lingkungan, ekonomi, budaya, letak geografis dan dari keluarga.
“Terlalu Tua dan terlalu muda saat hamil. Terlalu sering hamil dan terlalu dekat jarak kehamilannya bisa menjadi faktor penyebab kematian ibu,” jelasnya. Untuk itu, pihaknya terus mengerahkan segala kemampuannya untuk menekan angka kematian ibu dan bayi.
Salah satunya melalui seni budaya ketoprak. Dialog dalam seni pertunjukkan ini dianggap bisa mengena langsung kepada masyarakat. Sebab, masyarakat desa akan mudah menerima komunikasi yang disampaikan tentang upaya penurunan angka kematian ibu melahirkan dan bayi.
”Akan menumbuhkan kesadaran tentang arti pentingnya kesehatan bagi ibu hamil dan melahirkan,” kata Lina.
Tak hanya itu saja, lanjut Lina pihaknya juga ingin menyampaikan pesan kepada masyarakat mengenai pola hidup bersih. Hal itu untuk mencegah dari terjangkitnya penyakit yang dialami masyarakat.