Peringati Maulid Nabi Muhammad SAW, Warga Lereng Merapi Boyolali Gelar Tradisi Sadranan

Warga mengikuti tardisi sadranan di makam Desa Sruni, Kecamatan Musuk, Boyolali, Selasa 20 November 2018. (Yulianto/Fokusjateng.com)

FOKUS JATENG-BOYOLALI-Banyak cara dilakukan masyarakat untuk memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW. Seperti yang digelar warga lereng Gunung Merapi Desa Sruni, Kecamatan Musuk, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, Selasa siang 20 November 2018.

Yakni dengan menggelar tradisi kenduri masal di makam leluhur bernama “Sadranan”. Dengan menggunakan tenong maupun tempat makan lainnya yang berisi berbagai makanan, warga datang ke pemakaman umum Dukuh Mlambong, Desa Sruni.

Mereka berasal dari sejumlah dukuh di Desa Sruni dan sekitarnya, antara lain dari Dukuh Mlambong, Gedongsari, Rejosari, Magersari, Tegalsari dan Wonodadi. Serta dari daerah lain yang memiliki leluhur yang dimakamkan di TPU tersebut.

“Tradisi ini sudah berlangsung turun temurun sejak nenek moyang, yang terus dilestarikan,” kata sesepuh warga setempat, Hadi Sutarno.

Tujuannya antara lain untuk mendoakan kepada para leluhur dan sanak keluarganya yang telah meninggal dunia, agar diampuni dosa-dosanya dan mendapat tempat yang layak disisi Tuhan. Selain itu juga sebagai bentuk syukur kepada Tuhan atas rejeki yang telah dilimpahkan.

Sadranan dilaksanakan setiap bulan Mulud (penanggalan jawa), sehingga oleh warga biasa disebut Muludan. Selain itu juga dalam rangka peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW.  Acara diawali dengan kegiatan bubak atau bersih-bersih makam, yang telah dilakukan sehari sebelumnya atau Senin (19/11) pagi. Kemudian Selasa kemarin dilaksanakan tradisi tinggalan nenek moyang tersebut.

Kenduri sadranan digelar di tengah makam, di bawah pohon bunga kantil besar yang sudah berumur ratusan tahun.
Dalam tradisi ini diawali dengan pembacaan dzikir tahlil. Setelah doa bersama, kemudian makanan yang dibawa dan dimasukkan tenong itu dimakan bersama-sama. Mereka juga saling tukar makanan.

Sementara itu, Zaeni, yang memimpin dzikir tahlil dan doa bersama dalam tradisi tersebut mengatakan, sadranan ini dilaksanakan untuk memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW dan pelaksanaannya di hari bertepatan dengan kelahiran Nabi Muhammad SAW.  “Bulan Mulud ini adalah bulan kelahiran Nabi Muhammad SAW,” papar dia.

Tradisi sadranan juga untuk mengingatkan kita kepada para leluhur yang telah meninggal dunia dan mendoakannya agar mendapat tempat yang layak disisi Allah SWT. Dengan ingat kepada para leluhur juga diharapkan semakin meningkatkan ketaqwaan kita kepada Tuhan Yang Maha Esa.