FOKUS JATENG-BOYOLALI-Mengutip dari buku Tata Rias Pengantin Khas Boyolali Wahyu Merapi Pacul Goweng yang diterbitkan CV. Pura Warna Innova Semarang disebutkan terdapat tata rias dan pakaian pengantin khas Boyolali yang dinamakan Wahyu Merapi Pacul Goweng. Dalam buku yang diterbitkan pada Mei 2015 ini diceritakan pada masa perang Diponegoro pada tahun 1825-1830 pada tempat yang disebut pakuwon atau markas di wilayah Stabelan; Kecamatan Selo terdapat salah satu prajurit yang hendak menikah dengan perempuan dari penduduk setempat.
Pengantin tersebut akan menggunakan busana Mataraman, namun tidak diperbolehkan karena dianggap menyerupai raja. Selanjutnya pengantin diberi pinjaman berupa pakaian oleh komandan prajurit berupa baju sorjan, jarik Sidomukti, celana panjang hitam, topi prajurit yang krowok di belakang, keris branggah dan tanpa alas kaki. Sementara untuk pengantin perempuan mengenakan gelung tekuk pakai lungsen, kebaya sederhana, jarik Sidomukti, bunga kinasih dan bangun tulan yang dironce, paes warna hitam dan tanpa alas kaki.
Atas dasar tersebut masih menurut buku yang disusun Himpunan Ahli Rias Pengantin Indonesia (HARPI) Melati Boyolali ini, masyarakat setempat menamakan pengantin tersebut dengan Pacul Goweng. Penamaan ini karena memakai blangkon dan ditumpangi topi yang krowak [berlubang atau tidak utuh] pada bagian belakang menyerupai pacul yang sudah goweng.
Menganggap ciri khas tata rias pengantin tersebut, kelompok HARPI Melati Boyolali berusaha mensosialisasikan informasi tersebut kepada masyarakat. Penyelenggaraan sosialisasi yang menggandeng Dinas Pemuda, Olahraga dan Pariwisata (Disporapar) Kabupaten Boyolali ini akan digelar di lima eks kawedanan di Kabupaten Boyolali. Hari pertama sosialisasi digelar di kecamatan Nogosari pada Senin (11/2) di aula Kecamatan setempat.
Penasehat Gabungan Organisasi Wanita (GOW) Kabupaten Boyolali, Desy Said Hidayat mengapresiasi dengan dimilikinya pakaian pengantin khas dari Boyolali.
“Suatu kebanggaan tersendiri karena memiliki budaya manten khas Boyolali terkait dengan ini harapan kami ciri khas Wahyu Merapi Pacul Goweng ini dapat dikembangkan dan dikenal oleh masyarakat Boyolali pada khususnya dan masyarakat Indonesia pada umumnya serta bisa mendunia,” ujar Desy.
Selanjutnya Desy menambahkan, dengan adanya ikon khas Boyolali ini bisa menjadi ciri khas masyarakat Boyolali.
“Inilah tampang Boyolali yang sebenarnya yang memiliki segudang prestasi penuh kreativitas dan semangat untuk selalu menyebarkan budaya manten khas Boyolali Wahyu Merapi Pacul Goweng agar bisa menjadi ciri khas masyarakat Boyolali,” imbuh Desy.
Sementara Kepala Disporapar Kabupaten Boyolali Wiwis Trisiwi Handayani berharap acara ini menjadi ikon dan ciri khas pengantin Boyolali.
“Sosialisasi pengantin khas ini dilaksanakan agar masyarakat Boyolali mengenal adat atau budaya asli dari kota tercinta, Boyolali ini. Selanjutnya Wahyu Merapi Pacul Goweng ini untuk dijadikan ikon dan membranding pakaian khas pengantin Boyolali,” tegas Wiwis.