Nestapa Hidup Mbah Lampi Warga Tanon Sragen Tidak Menikmati Indahnya Lampu Listrik di Malam Hari

Mbah Lampi warga Desa Gading, Kecamatan Tanon, Sragen, yang hidup tanpa penerangan lampu listrik. (Huriyanto/Fokusjateng.com)

FOKUS JATENG-SRAGEN-Mbah Lampi (75), warga Dusun Ngaringan RT 05, Desa Gading, Kecamatan Tanon, Kabupaten Sragen, Provinsi Jawa Tengah sudah puluhan tahun hidup sangat memprihatinkan. Pasalnya, janda renta tersebut sejak puluhan tahun hidup dalam kegelapan saat malam hari tanpa ada cahaya lampu listrik.

Hanya lampu minyak tanah ukuran kecil yang menjadi teman setia mbah Lampi setiap malam, cahaya lampu minyak tanah ( tintir ) selain menjadi teman setia dirinya juga menjadi penuntun penunjuk arah saat malam hari berkativitas didalam rumah seperti hendak mengambil makan dan minum dan lain – lainnya.

Rumah yang terbuat dari kayu dan dinding dari anyaman bambu dengan ukuran kurang lebih Lebar 7,5 Meter Serta Panjang 12 Meter Kini juga sudah mulai rapuh di makan rayap. Lampi yang kini hanya hidup sebatangkara, mencari penghasilan dengan cara kerja serabutan menbantu tetangga yang sakit yakni menjadi tukang pijat urut.

Dari hasil kerja jasa pijat capek itulah digunakan untuk kebutuhan sehari – hari seperti membeli beras, membeli sayur, membeli sabun dan lainnya.

Saat dikunjungi fokusjateng.com, terlihat mbah Lampi sedang sibuk membersihkan rumahnya dengan sapu lidi tua dan tengah sibuk memasak nasi ditungku ukuran kecil dengan kayu bakar.

Di sela – sela masak di ruang dapur rumah belakang. Lampi juga mengatakan bahwa dirinya sudah hidup menjada sejak puluhan tahun lalu dan memiliki satu orang anak, akan tetapi sang anak saat ini sudah meninggal karena sakit.

“Iya saya dulu punya anak tapi udah meninggal, punya cucu tapi sekarang tinggal di sragen jarang kesini paling ke sini 2 tahun sekali, gak pernah ngasih uang orang kesininya juga jarang,” kata Lampi, Kamis 14 Februari 2019.

Selain bercerita tentang kisah hidudnya yang setiap hari menghadapi gelapnya malam tanpa cahaya lampu yang menghiasi malam yang sunyi di rumah reyot miliknya, Lampi juga terlihat meneteskan air mata di wajahnya saat ditanya beratnya kehidupan yang dirinya hadapi tanpa memiliki anak dan cucu yang tidak peduli dengan nasibnya, yang hidup sendirian di hari tua.

“Ya sudah lama, dari rumah saya ini dibangun gak ada lampunya kalo malam ya pakai lampu tintir teplok ini, ya usaha sendiri kalo untuk makan. Lha gimana lagi wong gak punya anak punya cucu juga jarang kesini,” bebernya.

Tidak inggin mengandalkan bantuan orang lain terus menerus, Lampi juga berusaha ternak Kelinci dari uang hasil tukang pijat dan urut. Terhitung terdapat 7 ekor kelinci dengan warna putih hidup menemani lampi dan menjadi harapan penghasil uang untuk kebutuhan.

Selain tidak memilki Lampu Listrik, Lampi juga tidak memilki Sumur, setiap hari lampi masih mengunakan sumur tetangga untuk mendapatkan air bersih untuk masak dan mencuci dengan cara menimba. Selain itu kamar mandi dan toilet juga belum dimiliki oleh janda renta tersebut.

Lampi sendiri juga memiliki BNI Kartu Debit Bansos, yang mengaku beberapa bulan ini bisa mendapatkan bantuan beras. Lampi berharap di hari tuanya saat ini selalu diberikan kesehatan dan rejeki yang melimpah, agar dirinya bisa tetap menjalani hari – harinya dengan indah di hari tua. ” Ngeh harapanne kulo jane mung pengen sehat murah rejekine mas, sehat niku penting, mengko yen gak sehat loro loro wae pie. Nak loro wae ya gak duwe duit akeh kanggo berobat,” harapnya.

Sementara itu, Haryono, ketua RT 05 Dusun Ngaringan, Desa Gading membenarkan bahwa mbah Lampi memang hidup sendirian dan di rumahnya tidak memilki jaringan listrik. “ Memang benar mas mbah lampi hidup sebatang kara dirumah itu, kalo untuk masalah rumahnya tidak ada lampu karena dirinya mungkin tidak mampu bayar bulanannya, karena tidak memiliki penghasilan tetap, anak saja dia udah gak punya,” ujarnya.