FOKUS JATENG-BOYOLALI-Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Boyolali menggandeng Merapi Merbabu Institute Boyolali menggelar sosialisasi anti politik uang Kamis 7 Maret 2019. Aksi yang cukup unik ini digelar di Pasar Guwo, Kecamatan Wonosegoro, Boyolali.
Aksi ini unik lantaran melibatkan kawanan “zombie” blusukan ke pasar tradisional. Mereka berdandan ala mayat hidup yang kemudian mengajak pedagang untuk anti politik uang di gelaran pemilu yang akan datang.

Salah satu zombie memberikan selebaran kepada pedagang terkait sosialisasi anti politik uang. (credit-Istimewa/Fokusjateng.com)
“Banyak orang mengatakan politik uang menjadi fenomena di masyarakat. Tentu dalam pemikiran akal waras kita adalah opini negatif ketika itu betul dilaksanakan dalam pemilu 2019, namun tidak sedikit yang berpandangan positif terhadap praktik money politic,” kata Ketua Merapi Merbabu Institute Boyolali Hendro Riyanto.
Opini positif yang berkembang di masyarakat, lanjut dia, adanya sebuah pandangan dan pengalaman dalam kontestasi pemilihan ketika sudah jadi pasti akan dilupakan. Perilaku dan pandangan yang sebagian masyarakat seperti ini adalah bentuk dari kekecawaan terhadap pendahulunya dengan kata lain korban janji pada gelaran pemilu.
Nah, Pemilu 2019 dilaksanakan secara serentak antara pemilihan Presiden dan Wakil Presiden, Pemilihan Legislatif (DPR, DPRD I, DPRD II) dan pemilihan DPD. Hal ini dinilai tentu menjadi sebuah ujian kualitas demokratis bagi bangsa Indonesia.
“Kabupaten Boyolali merupakan salah satu daerah yang turut serta menjadi ajang pemilihan diperlukan peran serta dan partisipasi masyarakat. Dengan harapan sukses dalam penyelenggaraan pemilu tersebut adalah sukses secara tahapan dan sukses melahirkan pemimpin yang membawa perubahan masyarakat,” tandasnya.
Dikatakan, muncul sebuah pertanyaan. Sebenarnya masyarakat itu menolak atau menganggap politik uang sebagai hal yang biasa? Hal itu muncul dikarenakan memang praktik ini sudah menjadi kebiasaan masyarakat setiap kontestasi pemilihan.
“Dengan kata lain politik uang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam ajang kompetisi politik,” kata dia.
Sebagai langkah menekan praktik politik uang, maka Merapi Merbabu Institute Boyolali merasa terpanggil untuk melakukan pendidikan demokrasi di masyarakat. Yakni bekerjasama dengan Bawaslu Boyolali mengadakan kegiatan sosialisasi pengawasan pemilu warga pasar tradisional.
“Memang kami mengambil ide aksi ‘Zombie’ anti politik uang. Kegiatan ini menyasar warga pasar tradisional, baik pedagang, pembeli maupun petugas pasar di Pasar Guwo Kecamatan Wonosegoro Kabupaten Boyolali,” tutur Hendro.
Pihaknya mengambil filosofi bahwa zombie merupakan bentuk makhluk/ mayat hidup yang sangat menyeramkan. Selain itu sangat menakutkan dan membahayakan demokrasi dan bisa menjadi ancaman atau mencoreng kegiatan perhelatan pemilu.
“Untuk itu Merapi Merbabu Institute kami melangkah dengan melakukan penyadaran warga pasar tradisional akan pentingnya gelaran pemilu lima tahunan. Agar menggunakan hak pilihnya dengan bijak tanpa ada tekanan atau ditumpangi kepentingan tertentu,” papar dia.
Kemudian melakukan pencegahan bahwa politik uang sangat membahayakan dan merusak demokrasi pemilu di Kabupaten Boyolali. Selain itu mendorong partisipasi masyarakat agar berani dan mengambil sikap anti politik uang pada perhelatan pemilu.
Pihaknya juga mendorong masyarakat untuk berani melaporkan kegiatan pelanggaran pemilu yang dilakukan oleh peserta pemilu dan pelaksana pemilu. Langkah sosialisasi dengan membagikan kalender, pamflet dan poster tentang kegiatan sosialisasi pengawasan pemilu dengan menyasar warga pasar tradisional.
“Kegiatan ini diharapkan memberikan edukasi keluarganya tentang bahaya politik uang, menolak politik uang, politisasi SARA, dan berita hoax. Dan warga pasar tradisional ini bisa menjadi mata dan telinga Bawaslu untuk menginformasikan atau melaporkan apabila ditemukan dugaan pelanggaran kegiatan kampanye yang dilakukan oleh peserta pemilu, partai politik dan pelaksana kampanye,” jelas Hendro.