FOKUS JATENG-BOYOLALI-Para petani di wilayah Banyudono semakin khawatir. Selain tingginya curah hujan yang mengguyur tanaman padi saat menjelang panen, serangan hama wereng juga semakin mengganas. Kondisi tersebut membuat patani yang tersebar di Desa Jembungan, Jipangan, Kuwiran dan Sambon, mengalami kerugian pada panen kali ini.
“Ya karena hujan dan ganasnya hama maka hasil panen tidak maksimal. Bisa jadi kalau hasil panen memang tidak bagus, petani ada yang membabat tanaman karena gagal panen,” ujar Sabar (58) petani penggarap asal Desa Jembungan.
Langkah tersebut terpaksa dilakukan petani, mengingat hasil panen sawah garapannya hanya laku dijual dengan sistem tebas sebesar Rp 2 juta. Dari hasil itu, dirinya selaku penggarap hanya mendapat bagian seperempat atau Rp 500.000.
“Padahal panen lalu bisa laku Rp 8 juta,”katanya.
Dia menilai, dampak hujan mengakibatkan padi tidak bernas. Selain itu, saat padi mulai berbulir, muncul hama tikus menyerang. Dia dan petani lain telah berupaya mengatasi serangan hewan pengerat tersebut. Selain memasang umpan beracun juga melakukan gropyokan.
“Namun, tikus sangat sulit diberantas,”katanya.
Senada Mujiman (51) petani asal Dukuh Jetak, Desa Jembungan. Petani penggarap ini terpaksa membabat tanaman padi miliknya karena diserang hama wereng. Upaya penyemprotan tidak membuahkan hasil.
Kendati tak keluar biaya, namun, dia merugi karena sudah mengeluarkan tenaga untuk menyiangi rumput dan tenaga memupuk serta menyemprot. Sebagai petani penggarap dengan sistem mrapat, seluruh biaya menjadi tanggung jawab pemilik sawah.
“Kalau panen, saya mendapat bagian seperempat. Sayang gagal panenkarena hama wereng. Kalau kerugian pemilik sawah sekitar Rp 1 juta untuk bibit dan biaya tanam serta mengolah tanah serta pupuk,”katanya.
Petani yang lain, Sutarno (83), mengatakan, sejumlah sawah miliknya yang digarap petani lain tidak bisa panen sesuai harapan. Diapun hanya bisa pasrah karena sudah menempuh berbagai upaya.
“Satu petak sawah hanya laku Rp 150.000 Padahal kalau bagus, panen bisa laku hingga Rp 5 juta,”katanya.
Menurut, Kaur Pembangunan Desa Jembungan, Joko Waluyo, pihaknya sudah beberapa kali melakukan gropyokan tikus bersama Babinsa dan petugas Dinas Pertanian.
“Diharapkan, petani tergerak melakukan gropyokan mandiri,” pungkasnya.