FOKUS JATENG-BOYOLALI-Kabupaten Boyolali sebagai lumbung padi dan pangan dengan lahan persawahan yang mampu menghasilkan padi yang berlimpah. Seiring berjalannya waktu, lahan pertanian yang kian lama mengalami kerusakan, beberapa kelompok tani mulai memilih bertani secara organik.
Diwadahi Asosiasi Petani Organik Boyolali (APOB), kini lahan pertanian mulai dikembalikan dengan cara menciptakan pertanian organik. Kesuburan dan kelestarian tanah mulai dikembalikan lagi oleh 27 kelompok tani yang terbagi di Kecamatan Teras, Banyudono dan Sawit.
“Kami melihat bahwa masyarakat petani di daerah kita ini (Sawit) juga berusaha untuk menciptakan kesehatan hewan dan manusia. Berusaha mengembalikan struktur tanah yang baik dengan teknologi budidaya pertanian organik,” jelas Ketua APOB, Murbowo di tempat penggilingan padi kelompoknya di Desa Jenengan; Kecamatan Sawit pada Selasa (9/4).
Asosiasi yang Ia dirikan pada November delapan tahun silam ini melayani penyediaan beras organik. Proses dilakukan dari pembelian padi dari petani, penjemuran, penggilingan dan pengepakan.
Disinggung mengenai beras yang diproduksi, APOB mampu menghasilkan beberapa varietas beras seperti pandan wangi, menthik susu, ciherang (C4), hitam, merah. Dimana produksi beras tersebut rata-rata per hektare mencapai 6,5 ton per hektare yang bisa dikelola dan mampu mencapai mencapai 10 ton per bulan. Hasil pertanian organik tersebut kemudian dikirim ke Jakarta dan Semarang, mengingat di Boyolali sendiri belum begitu banyak peminat.
“Mendapatkan buyer yang potensial, sehingga banyak sekali manfaat kepada petani. Kami bisa memasarkan produk yang besar, imbasnya kepada petani bisa meningkatkan pendapatan karena ada permintaan besar nilai lebih dari beras biasa,” ungkapnya.
Keberadaan asosiasi ini telah didukung bantuan pemerintah melalui Kementerian Pertanian yang memberikan bantuan untuk proses penggilingan, pengeringan dan packing. Bantuan tersebut mencapai Rp 500 juta untuk peralatan penggilingan dan bangunan senilai Rp 180 juta.
”Pemerintah membantu bangunan dan peralatan ini. Kemudian gunanya untuk meningkatkan kualitas, menjaga kualitas, kontinuitas, serta higienis. Jadi harus memperhatikan kebersihan, kemudian untuk sortasi dan grading ini harus cermat,” ungkap Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Boyolali, Bambang Jiyanto.
Pihaknya menambahkan, pembeli itu menghendaki hasil yang betul-betul sesuai dengan yang diinginkan. Beras organik seminimal mungkin menggunakan bahan kimia, sehingga hasilnya juga sehat dikelola dengan cara yang sehat.
“Harus berasal dari air yang tidak melewati lahan-lahan yang sudah kena pestisida. Jadi memang kita memilih sawah sawah yang sumber airnya langsung jadi tidak terkontaminasi dengan kimia yang lain,” pungkas Bambang.