Jelang Lebaran Harga Alpokat di Boyolali Naik Signifikan, Petanipun Girang

Petani alpokat Boyolali melakukan pengepakan sebelum dikirim untuk dijual. (Yulianto/Fokusjateng.com)

FOKUS JATENG-BOYOLALI-Para petani alpukat di Boyolali belakangan bisa tersenyum bahagia. Pasalnya, harga alpukat melonjak tajam dibandingkan sebelumnya.

Salah satu petani, Haryanto (48) warga Desa Jelok, Kecamatan Cepogo mengaku, saat ini harga alpukat di tingkat penebas berkisar Rp 14.000- Rp 17.000/kg. Dia memiliki tiga batang pohon alpukat di kebunnya yang sedang berbuah.

Oleh penebas, alpukat tersebut akan dibeli dengan sistem tebasan sebesar Rp 1,5 juta. Namun dia tidak mengizinkan. Dia pun memilih penjualan dengan cara ditimbang. Penebas pun lalu memanen alpukat dengan cara dipilih yang sudah benar- benar tua.

“Setelah ditimbang hasil panen sebanyak 53 kg dan dibeli dengan harga Rp 15.000/kg. Jadi saya dapat uang Rp 795.000. Itupun di pohon masih tersisa buah yang belum tua. Kalau nanti dipanen, bisa dapat satu kuintal lagi.”

Melihat prospek buah alpukat yang bagus, dia pun kembali menanam alpukat puluhan batang di ladang miliknya. Biasanya, dalam empat hingga lima tahun, pohon sudah mulai berbuah. Syaratnya, tanaman dipelihara dengan baik.

Sayangnya, harga alpukat yang bagus berdampak terhadap pencurian buah itu, utamanya pohon yang tumbuh di ladang. “Iya, banyak buah yang hilang dicuri. Biasanya dari pohon yang tumbuh di ladang jauh dari kawasan perumahan,” imbuh petani lainnya, Wanti (39).

Sedangkan Jarmaji (38) warga Desa Sruni, Kecamatan Musuk mengaku tidak menjual hasil panen alpukat miliknya. Buah yang sudah tua dipanen sendiri untuk kebutuhan keluarga dan dibagikan kepada saudara serta tetangga dekat.

“Baru satu pohon yang berbuah, yang lain belum berbuah.”

Salah satu penebas, Sukirno (42) asal Kecamatan Ampel mengaku, harga alpukat saat ini cukup bagus. Hal ini didorong banyaknya permintaan alpukat untuk jus dan es buah. Selanjutnya, buah hasill tebasan dibeli lagi oleh pedagang pengepul.

“Katanya dijual hingga Solo, Semarang dan Jakarta.”