Unik… Rayakan Lebaran Kupat, Warga Lereng Merapi Musuk Boyolali Kirab Sapi

Warga Dusun Mlambong, Desa Sruni, Kecamatan Musuk, Boyolali, mengirab sapi sebagai bentuk Lebaran Ketupat, Rabu 12 Juni 2019. (Yulianto/Fokusjateng.com)

FOKUS JATENG-BOYOLALI-Ratusan ekor sapi diarak keliling kampung di Dukuh Mlambong, Desa Sruni, Kecamatan Musuk, Boyolali. Acara unik itu merupakan bagian dari tradisi syawalan yang oleh warga setempat juga disebut bakdo sapi atau Lebaran sapi.

“Tradisi ini sudah berlangsung sejak nenek moyang dan terus dilestarikan warga hingga saat ini, salah satunya sebagai wujud syukur kepada Allah, atas limpahan rejeki melalui hewan ternak, diantaranya sapi ini,” kata Hadi Sutarno, sesepuh warga setempat di sela-sela acara Rabu (12/6/2019).

Namun tak hanya sapi, kambing-kambing milik warga juga ikut diarak. Sebagian juga terlihat dikalungi ketupat.  Tradisi ini pun menjadi tontotan warga, sehingga suasana semakin meriah.

Tradisi angon sapi ini digelar di akhir perayaan Lebaran atau di H + 7 Lebaran, bertepatan dengan kupatan atau syawalan. Oleh masyarakat setempat juga biasa disebut bakdo kupat dan bakdo sapi.

Bakdo kupat karena hari ini warga juga menggelar kupatan, dan bakdo sapi karena pada tradisi ini warga membawa ternak sapinya keluar kandang digembala keliling kampung.

Dijelaskan, kepercayaan warga pada tradisi syawalan atau bakdo kupat, warga membawa hewan ternaknya keliling kampung, karena pada hari itu Kanjeng Nabi Sulaiman memeriksa hewan-hewan ternak milik warga. Sehingga warga pun mengeluarkan sapinya dari kandang dan dibawa keliling kampung.

Tradisi ini diawali dengan kenduri menggunakan ketupat berikut sayur dan lauknya. Ratusan warga dari 4 RT di Dukuh Mlambong, Rejosari dan Gedongsari mengikuti kenduri yang digelar di jalan dukuh setempat.

Setelah kenduri, warga kemudian membawa sapi-sapinya keliling kampung. Banyaknya sapi yang dibawa, sehingga jalan di kampung itu seakan dipenuhi sapi. Sebuah gunungan ketupat dan sayuran hasil bumi ikut diarak. Kesenian tradisional juga turut memeriahkan dalam arak-arakan ini.

Diujung jalan, gunungan ketupat dan sayur mayur hasil bumi itu pun diturunkan dan diberikan kepada sapi-sapi yang diarak. Tampak, sapi-sapi itu pun mengelilingi gunungan dan memakan gunungan ketupat maupun sayuran.

Tradisi unik itupun jadi tontonan warga dan pengunjung. Tak sedikit pula yang mengabadikan moment tradisi yang berlangsung setahun sekali itu dengan menggunakan kamera telepon seluler maupun kamera digital.

Lebih lanjut Hadi Sutarno yang juga ketua RW 04 itu mengemukakan, acara tradisi ini selain sebagai wujud syukur, juga sekaligus memohon kepada Tuhan agar hewan-hewan ternak yang dipelihara warga dapat berkembang biak dengan baik. Karena melalui ternak sapi, khususnya sapi perah telah mampu menopang rejeki warga.

Sementara itu warga lainnya, Warjuli, menambahkan bahwa tradisi ini sudah berlangsung sejak jaman nenek moyang. Dia berharap, kearifan lokal ini bisa terus dilestarikan karena memiliki makna yang dalam. Yaitu selain sebagai wujud syukur kepada Tuhan, atas rejeki yang diberikan melalui hewan ternak.