Ini 8 Titik Darurat Kekeringan di Boyolali

Ilustrasi by Pixabay (/Fokusjateng.com)

FOKUSJATENG – BOYOLALI – Ada 8 titik darurat kekeringan di wilayah Boyolali. Wonosegoro, Juwangi, Karanggede, Kemusu, Wonosegoro, Wonosamodro, Musuk dan Tamansari.

Untuk itu, Pemkab Boyolali mulai mengirimkan bantuan air bersih ke desa- desa yang kekeringan seiring ditetapkannya tanggap darurat kekeringan. Setidaknya, pemkab sudah menyiapkan bantuan air bersih sebanyak 628 tangki.

“Jumlah itu masih ditambah bantuan dari pihak ketiga sebanyak 300 tangki,” ujar Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Boyolali, Bambang Sinungharjo.

Dijelaskan, pengiriman bantuan air bersih dilakukan seiring dengan pemberlakukan tanggap darurat kekeringan. Dimana SK Bupati menyatakan bahwa tanggap darurat kekeringan dimulai tanggal 1 Juli hingga 30 September mendatang.

Sesuai SK tersebut, lanjut Sinung, wilayah ynag masuk darurat kekeringan sebanyak 8 kecamatan yaitu Wonosegoro, Juwangi, Karanggede, Kemusu, Wonosegoro, Wonosamodro, Musuk dan Tamansari.

“Total ada 42 desa karena tidak semua desa di kecamatan tersebut masuk wilayah kekurangan air bersih.”

Ditambahkan, BPBD memiliki tiga armada tangki yang diplot untuk mengirimkan bantuan air bersih di enam wilayah kecamatan bagian utara. Sedangkan dua wilayah lain, yaitu Musuk dan Tamansari menjadi tanggungjawab Bagian Kesra.

Apakah bantuan air tersebut bakal mencukupi kebutuhan ? Pihaknya optimis bisa mencukupi kebutuhan masyarakat. Sesuai estimasi dan ketersediaan bantuan, maka setiap desa bakal mendapatkan bantuan air bersih sebanyak 30 – 35 tangki.

“Sesuai hasil rapat sebelumnya, pengajuan bantuan air bersih dilakukan lewat satu pintu. Yaitu, kades mengajukan lewat camat kemudian diteruskan ke BPBD.”

Sementara itu, sebagian warga di wilayah Kecamatan Musuk dan Tamansari, sudah merasakan krisis air bersih sejak satu bulan terakhir. Mereka pun terpaksa membeli air bersih dari truk-truk tangki swasta, yang biasa menjual air di musim kemarau.

Harganya bervariasi mulai Rp 100 ribu hingga mencapai Rp 250 ribu/tangki dengan kapasitas 6.000 liter. Semakin jauh, harga semakin mahal. “Sampai di Dukuh Jelok, Desa Cluntang, Kecamatan Musuk harganya Rp 250 ribu,” kata Heri, sopir truk tangki swasta.

Truk tangki air bersih memang sudah cukup banyak yang berlalulalang di wilayah lereng Gunung Merapi sisi timur tersebut. Mereka mengambil air dari sumur-sumur bor atau sumur dalam milik warga yang memang menjual air bersih.