FOKUSJATENG – SOLO – Sejumlah pelaku budaya dan seniman yang tergabung dalam Forum Budaya Mataram (FBM) berusaha menggelorakan kembali semangat kebersamaan antar masyarakat.
Salah satu pendiri FBM M Mashuri di Solo mengatakan, semangat itu muncul mengingat tradisi Jawa yang semakin tidak popular, karena tergerus kemajuan teknologi, Rabu (31/7/2019). Belum lagi banyaknya anggapan budaya Jawa itu berlandaskan mistisme sehingga ditinggalkan oleh kaum muda.
Lebih lanjut Mashuri menjelaskan, mudahnya mengakses informasi seperti saat ini, terkadang menjadi penghalang untuk merenungkan makna yang terkandung didalamnya.
“Contohnya seperti dalam penghitungan musim untuk bertani atau pranata mongso dinilai sangat berbau klenik,” katanya.
Kendati demikian ia mengakui, bahwa filosofi pranata mangsa sarat dengan nuansa spiritualitas khas Jawa. Filosofinya dilandasi pandangan bahwa alam tidak harus ditaklukkan tapi perlakukan sebagai saudara yang memberi berkah dan mesti dicintai. Etika ini bertujuan untuk menginternalisasi perilaku yang seharusnya juga diyakini masyarakat modern.
“Etika ini juga mengajarkan petani untuk berhemat,” ujar Mashuri yang juga Ketua PCNU Solo ini.
Secara umum, lanjutnya, nilai filosofis yang terkandung dalam budaya Jawa penting untuk membangun karakter generasi penerus, terutama di jaman yang serba terbuka seperti saat ini. Menurut Mashuri, budaya bukan hanya sebagai identitas masyarakat, lebih dari itu, budaya adalah benteng karakter dari sebuah bangsa.
“Salah satu bentuk restorasi yaitu menggunakan bahasa jawa sebagai sarana informasi sehari-hari,” kata Mashuri.
Sedangkan langkah membangkitkan semangat kebersamaan tersebut diantaranya dengan menggelar sarasehan, hingga sosialisasi melalui berbagai pertunjukan yang membawa pesan cintai budaya negeri sendiri.
“Sarasehan, diskusi dengan banyak tokoh sudah rutin kita lakukan, melalui pentas seni kita juga sosialisasikan semangat kembali ke budaya Jawa,” katanya.
Ketua FBM, BRMH Kusumo Putro, menambahkan sejauh ini, FBM sudah menjalin komunikasi dengan banyak pihak, diantaranya dengan menggandeng Kantor Balai Cagar Budaya, Wakil Rektor III Unisri Solo Sutoyo mewakili akademisi, dan kalangan keraton, diantaranya GBPH Prabukusumo dan GBPH Yudhaningrat dari Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat.
“Keraton Kasunanan dan Mangkunegaran bahkan Cirebon ikut terlibat untuk menjaga dan melestarikan budaya dari masing masing keraton tersebut. Termasuk didalamnya Keraton Jogya,” kata Kusumo.