FOKUSJATENG – BOYOLALI- Sudah dua bulan ini, warga Dukuh Sidomulyo, Desa Kembangkuning, Kecamatan Cepogo mengalami kekeringan. Maka yang namanya air di musim kemarau, bisa menjadi barang yang mewah.
Untuk itu harus cermat dan kalau bisa multi fungsi karena air dari sumber di lereng Merbabu sudah tak keluar lagi. Dari sambungan pipa peralon yang dialirkan dari atas.
Martuju, 50, mengatakan aliran air dari sumber sangat kecil sekali. Terkadang malah tidak airnya. Itu disebabkan debit air yang keluar dari sumber juga sangat kecil.
“Sumber air yang kecil tak mencukupi kebutuhan warga,” ujarnya. Wargapun harus rela membeli air dalam tangki untuk kebutuhan sehari-hari.
Kalau tak punya uang, jalan jauh mencari air dari tetangga desa harus dilakukan setiap hari. Kondisi ini memaksa warga untuk berhemat air. Bahkan air yang telah digunakan, sayang jika langsung dibuang begitu saja.
“Ada air bekas untuk mandi masih dipakai lagi. baru kemudian untuk menyirami tanaman,” ujarnya.
Terkait dengan hal itu, Ketua RT 2, RW 5, Joko Susanto menyatakan tak semua warga mampu membeli air bersih dari tangki seharga Rp 160-180 ribu pertangki. Mencari air dari dukuh atau desa tetangga jadi alternatif warga untuk mencukupi kebutuhan rumah tangga.
Pihaknya pun sangat senang dengan bantuan air bersih dari Ampel Rescue ini. 300 jiwa dalam satu RT bisa terbantu untuk kebutuhan air minum serta memasak. “ Atas bantuan air minum kami sangat berterimakasih. Warga kami rata-rata petani tradisional,” ungkapnya.
Pembina Ampel Recue Harnowo, mengaku prihatin atas kekurangan air bersih yang dialami warga. Terpantik untuk membatu warga, puluhan truk tangki air diberikan kepada warga untuk kebutuhan sehari-hari.
“Ada sekitar 60 tangki yang kita distribusikan ke warga yang membutuhkan,” ujarnya.
Pemberian bantuan air ini tak lepas dari peran para relawan dan donatur.
Sementara itu, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Boyolali telah mengirim puluhan tangki air bersih ke kecamatan yang mengalami dampak kekeringan. Diantaranya, ke kecamatan Wonosegoro, Wonosamodro, Juwangi, Musuk dan Selo.
“Kita minta data desa yang kekeringan dari pemerintah kecamatan untuk mendata mana saja yang memerlukan bantuan air bersih,” imbuh Kepala Pelaksana Harian (Kalakhar) BPBD Boyolali, Bambang Sinungharjo.