Ini Dia, Piramida Unik Terbuat dari Sampah Plastik

Piramida Unik di Boyolali. (IchwanGB) (/Fokusjateng.com)

FOKUSJATENG – BOYOLALI – Tidak perlu jauh-jauh ke Mesir untuk dapat menyaksikan piramida. Karena di Dukuh Surodadi, Desa Tarubatang, Kecamatan Selo, Boyolali ada piramida yang dibangun oleh warga sekitar. Piramida setinggi 4 meter itu bahkan lebih unik dan asyik untuk berfoto selfie karena dibuat dengan menggunakan sampah plastik.

Berbentuk segitiga sama kaki, panjangnya 12 meter dan setinggi 4 meter. Begitulah penampakan detail piramida yang dibangun di tikungan perempatan Dukuh Surodadi, di jalan Gebyok – Jeruk, Selo.

Warga Dukuh Surodadi RT 04/02, Desa Tarubatang, Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali membuat piramida itu guna menyambut Hari Ulang Tahun (HUT) Kemerdekaan Republik Indonesia.

Adapun bahan sampah plastik yang digunakan adalah dari botol air mineral bekas.

“Untuk pembuatan piramida ini kami menghabiskan sekitar 12.000 botol, itu pun belum sempurna,” ujar Ketua Kelompok Pecintan Alam (KPA), Rajawali, Dukuh Surodadi, Desa Tarubatang, Kecamatan Selo, Tarno.

Lebih lanjut Tarno menjelaskan, sebelum dibuat, botol-botol air mineral ukuran 1,5 liter itu terlebih dulu dirangkai menggunakan kawat ukuran kecil atau yang sering disebut kawat blendrat. kemudian ditempelkan pada rangka piramida yang dibuat dari bambu. Di puncak piramida, ditancapkan bendera merah putih. Begitu pula di salah satu sisinya, juga dipasang bendera merah putih dengan ukuran yang lebih panjang. Sementara di bagian depannya, dibuatlah tulisan DK. Surodadi.

Cat Sampah
Botol tersebut memiliki warna tapi bukan dari cat. Warga tetap konsisten menggunakan sampah plastik yang dimasukkan ke dalam botol-botol tersebut.

“Untuk pewarna kita juga menggunakan sampah plastik,” jelas Tarno ditemui disela-sela kerja bakti pembuatan piramida tersebut, Senin (5/8/2019).

Menurut Tarno, sampah plastik tersebut diambil dari lingkungan sekitar. Selain dari limbah rumah tangga, juga dari sampah Gunung Merbabu. Yaitu botol air mineral dari pada pendaki Gunung Merbabu yang naik turun dari jalur Selo.

“Kita memanfaatkan botol air mineral dan plastik untuk pewarna. Kita menggunakan sampah itu intinya kita ingin mengurangi sampah di kawasan lingkungan sekitar, Khususnya di lingkungan Surodadi, juga lingkungan taman nasional (Taman Nasional Gunung Merbabu),” ujar Tarno.

Kebetulan, dukuh di Desa Tarubatang itu juga dekat dengan base camp dan pintu pendakian Gunung Merbabu melalui Selo. KPA Rajawali dan warga setempat, juga cukup aktif dalam kegiatan di Taman Nasional Gunung Merbabu. Botol-botol tersebut sebagian besar diambil dari sampah dari gunung di wilayah Jawa Tengah ini.

Butuh waktu sau bulan untuk mengumpulkan 12000 an botol bekas. Butuh satu bulan pula untuk pengerjaannya.

“Sampah di Merbabu, khususnya botol banyak sekali, karena pengunjung di Merbabu juga lumayan besar. Apalagi di musim-musim liburan. Per harinya itu kalau kita mau mengelola botol di Merbabu dan kawasan sekitar sini, kalau teman-teman rajin, mungkin 1.000 botol pun kita dapatkan,” imbuh dia.

Selama ini, kata dia, pengelolaan sampah plastik yang begitu besar itu hanya dibakar saja. Namun, kini warga akhirnya memanfaatkan sampah plastik tersebut untuk mempercantik kampungnya menyambut HUT ke-74 Kemerdekaan Republik Indonesia.

“Kalau kemarin kita belum bisa mengolahnya. Kalau sampah plastik yang sudah tidak terpakai mungkin dibakar untuk mengurangi penyumbatan sampah saja. Kalau mungkin untuk planning dari teman-teman Karang Taruna Surodadi, ada kelanjutan untuk menghias piramida ini intinya untuk mengurangi sampah di sekitar dan untuk mempercantik desa,” tandasnya.

Seorang warga setempat, Parsidi, menambahkan pembuatan piramida dari sampah botol air mineral tersebut dalam rangka menghias kampung dalam menyambut HUT ke-74 Kemerdekaan Indonesia.

Nah, bagaimana dengan kampung Anda? Sudahkah menghiasnya dengan kreativitas unik?