FOKUSJATENG – BOYOLALI – Nuansa Hari Ulang Tahun (HUT) Kemerdekaan ke74 Republik Indonesia masih terasa di Kabupaten Boyolali. Terlebih saat sebanyak 37,449 warganya secara serentak membaca teks Pancasila di Alun-alun Kidul kawasan kompleks perkantoran terpadu Boyolali, Minggu(25/8/2019) pagi.
Tak ayal lagi, aksi itu kemudian mendapat penilaian dari Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) yang dihadiri perwakilan MURI, Sri Widayati, yang langsung menyaksikan proses pembacaan teks tersebut.
Sri Widayati yang juga Manager Senior MURI mengatakan, berdasarkan data yang dikumpulkan tim MURI, kegiatan pembacaan teks Pancasila ini berhasil memecahkan rekor MURI, tidak hanya di Indonesia namun di tingkat Dunia.
“Bahwa MURI sudah beberapa kali ke Boyolali, ini membuktikan bahwa Boyolali mempunyai banyak prestasi diantaranya MURI pernah mencatat, sebagai pembuat lemper terpanjang, menara jagung tertinggi, masak soto terbanyak, dan pengucapan Pancasila terbanyak se-Indonesia, bahkan ditetapkan oleh ketua MURI bahwa menjadi pengucapan Pancasila terbayak di dunia, yakni sebanyak 37,449,” kata Sri Widayati.
Pembacaan teks Pancasila ini merupakan rangkaian acara menyemarakkan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-74 Kemerdekaan Republik Indonesia (RI). Acara ini digelar dengan berbagai kegiatan diantaranya senam massal yang dilanjutkan dengan pembacaan Pancasila secara serentak, dan Deklarasi Boyolali Bersatu.
Wakil Bupati Boyolali M Said Hidayat penggagas ide ini mengatakan dipilihnya Pancasila ini diharapkan dapat dipahami dan diterapkan dengan baik dalam kehidupan sehari-hari. Wabup Said juga turut mengajak para pelajar asal Papua yang menuntut ilmu di Boyolali.
“Bagaimana kita membumikan Pancasila dan tentunya menggemakan Pancasila, sehingga dasar negara ini mampu dipahami dan dijalankan dalam nilai kehidupan,” jelas Wabup Said.
Salah satu siswa asal Papua, Christians mengaku senang dan bangga bisa mengikuti acara tersebut. “Senang sekali, saya juga bagian dari NKRI. Di Boyolali, saya bisa belajar tenang dan nyaman. Teman- teman juga tidak membedakan saya yang asal Papua,” tukas siswa kelas 10, SMKN 1 Boyolali ini.
Ketua Panitia, Agus Santoso menambahkan kegiatan ini juga sekaligus sebagai kampanye Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas).
“Diharapkan, masyarakat di Kabupaten Boyolali terdorong agar hidup lebih sehat,” kata Agus.
Hanya, sebagian peserta menyayangkan jika agenda memperingati HUT Kemerdekaan itu terlihat semrawut dan tak tertib.
“Sepertinya panitia kurang persiapan. Selain harga karcis parkir mahal, banyak pengasong masuk lapangan dan untuk pembacaan teks Pancasila tidak ada gladi atau apalah,” kata Maya (21) salah satu peserta.
Remaja itu dan sejumlah temannya lantas berharap kepada Pemkab Boyolali untuk lebih teliti dalam menyiapkan acara serupa pada 2020 mendatang. Mereka menganggap acara tersebut adalah cerminan wajah Boyolali, maka dari itu mereka meminta panitia untuk lebih siap dan peserta untuk lebih tertib ke depannya.