FOKUSJATENG – BOYOLALI – Selama beberapa pekan ini, harga sayur seperti Sawi hijau, dan kangkung, dan sayuran hijau lainnya dari petani hanya dihargai Rp 150 per ikat. Anjloknya harga sejumlah komoditi sayur ini membuat sejumlah petani sayur di Boyolali mengeluh.
“Itu harga jual petani ke pedagang. Parah, jika terus begini kami merugi besar,” kata Ponidi (50) salah seorang petani di Desa Tempursari Sambi, Senin (26/8/2019).
Selain membuat petani enggan melakukan panen, kondisi ini juga membuat sejumlah petani membiarkan tanaman sawinya menua hingga mekar. Tidak seperti biasanya yang di mana sebelum sayur-sayuran itu tua, banyak para pedagang yang antri untuk memborong Sawi hasil tanamannya.
“Harga terjun bebas. bayangkan Rp 150/ikat padahal sebelumnya bisa mencapai Rp1500/ikat, kalau begini petani dapat apa?,” keluhnya.
Ponidi menambahkan, sejak tiga pekan lalu, harga sayuran sudah mulai turun. Namun belum signifikan. Yang paling terasa sejak sepekan ini. Dia pun hanya bisa pasrah atas kondisi ini.
“Namanya hukum pasar. kalau barang banyak otomatis harga anjlok. kami tidak bisa berbuat banyak,” ujarnya.
Menurutnya anjloknya harga sayur ini disebabkan banyak petani tanam sayur. Tak adanya air hujan menjadi pilihan petani untuk bercocok tanam. “Didaerah Mangu (Kecamatan Ngemplak) keutara semua sawah ditanami sayuran,” ujarnya.
Namun, kondisi berbeda justru dialami para petani cabai. Saat ini harga jual dari petani selangit. Tembus Rp 80 ribu perkilogram.
Petani asal Selo, Heri Wibowo (46), menyebut Cabai rawit mengalami kenaikan cukup signifikan. Dari kisaran Rp 40 ribu kini naik menjadi Rp 75-80 ribu perkilogram. Cabai keriting pun ikut-ikutan naik. Dari Rp 30 ribu menjadi Rp 60 ribu.
“Sedangkan Cabai Merah besar dari Rp 25 ribu, kini harga Rp 60 ribu perkilogram,” kata Heri.
Lonjakan harga cabai ini, kata Heri disebabkan pasokan dari petani minim. Dia menduga, banyak tamanan cabai yang tak sehat karena kekurangan air.