FOKUS JATENG-BOYOLALI-Kebakaran di kawasan Taman Nasional Gunung Merbabu sudah berlangsung sepekan. Hingga saat ini, api belum berhasil dipadamkan. Di wilayah Ampel, Boyolali, api masih membara di sejumlah titik.
Kebakaran yang terus merembet ini pun mengancam habitat satwa liar yang ada di dalam kawasan. Bahkan, habitat satwa endemik Gunung Merbabu yakni Rek-rekan yang diperkirakan tinggal belasan ekor saja.
Kepala Seksi Pengelolaan Taman Nasional wilayah 1, Balai Taman Nasional Gunung Merbabu (BTNGMb), Nurpana Sulaksono, mengatakan kawasan yang terbakar dari zona inti, zona rimba hingga zona pemanfaatan atau zona rehabilitasi. Namun belum masuk sampai zona tradisional yang berbatasan langsung dengan lahan penduduk.
Sedangkan untuk vegetasi yang terbakar, yang diatas atau zona inti yakni tumbuhan khas pegunungan berupa sabana dan bunga edelweis serta cantigi. Sedangkan tanaman keras yang sudah terbakar antara lain pinus, akasia dan puspa.
Nurpana mengatakan, di Gunung Merbabu ada satwa endemik yang hanya ada di gunung di wilayah Jawa Tengah ini. Salah satu habibatnya di kawasan hutan wilayah Ampel dan Selo, Boyolali. Yaitu, Rek-rekan.
“Iya, Rek-rekan di wilayah Ampel ada,” kata Nurpana di basecamp Rempala, Desa Ngagrong, Kecamatan Gladagsari (dulu masuk kecamatan Ampel), Boyolali. Populasi spesies ini pun diperkirakan hanya 17 ekor saja.
“Rek-rekan itu satu kelompok 10 sampai 20 individu. Adanya Cuma di Gunung Merbabu. Di Merapi tidak ada. Jadi memang khasnya di sini (Merbabu),” jelas dia.
Selain Rek-rekan, satwa liar lainnya di hutan wilayah Ampel ini juga ada Lutung dan habitat burung Elang Jawa yang dilindungi. Serta satwa-satwa liar lainnya. Di Ampel ini juga merupakan tempat pengamatan Elang Jawa.
“Kebetulam di Ampel ini habitatnya masih bagus,” tandasnya.
Upaya pemadaman kebakaran di kawasan Taman Nasional Gunung Merbabu saat ini masih terus dilakukan oleh petugas bersama relawan dan masyarakat. Kebakaran di kawasan sumber air Tuk Sipendok, Ampel telah membakar beberapa jaringan air bersih milik warga. Akibatnya, sedikitnya 5 desa di 3 kecamatan di Boyolali mengalami krisis air bersih karena tidak memiliki pasokan air.