FOKUS JATENG-BOYOLALI-Dinas Kesehatan (Dinkes) Boyolali mengambil sampel makanan sisa makanan warga Desa Tlogolele, Kecamatan Selo, Boyolali, yang diduga keracunan. Sampel makanan tersebut masih diuji dalam laboratorium. Sementara, hingga Senin 23 September 2019, petugas Dinkes Boyolali dan jajaran terkait masih terus memantau para korban.
Warga yang dirawat di Puskesmas Selo masih menjalani perawatan intensif. Menurut Kepala Puskesmas Selo, Yustina Nugraheti, jumlah pasien yang dirawat di Puskesmas Selo sebanyal 11 orang. Kemudian di rumah sakit Muntilan, Magelang tercatat sebanyak 9 orang, namun satu diantaranya sudah pulang.
“Untuk yang rawat jalan di Tlogolele sebanyak 306 orang dan di wilayah Magelang sebanyak 24 orang,” katanya. Disinggung penyebab dugaan keracunan, pihaknya masih belum bisa memastikan. Pasalnya, hingga kini masih harus menunggu hasil pemeriksaan sampel makanan yang diujikan di laboratorium oleh Dinkes Boyolali.
Terpisah, Sherly J Kalipong, Kabid Pengendalian Penyakit Dinkes Boyolali menjelaskan, pihaknya masih terus melakukan observasi di lapangan. Selain itu juga memantau kondisi para korban yang dirawat di Puskesmas Selo dan RSU Muntilan. “Kami terus memantau kondisi para pasien, termasuk yang rawat jalan,” katanya.
Terkait sampel makanan, pihaknya mengaku sudah mengambil sampel tersebut. Namun demikian, untuk mengetahui penyebab dugaan keracunan masih tak bisa diketahui secara langsung. Setidaknya butuh waktu satu bulan. “Pemeriksaan harus dilakukan di laboratorium kesehatan di Semarang. Kalau sampel air, bisa diperiksa di lab Dinkes Boyolali,” jelas dia.
Seperti diberitakan, ratusan warga Desa Tlogolele, Kecamatan Selo diduga keracunan makanan. Bahkan, 10 orang diantaranya masih menjalani perawatan di Puskesmas Selo dan 4 lainnya dirujuk ke RSU Muntilan, Magelang.
Kejadian setelah warga memakan sajian makanan saat pengajian akbar pada Kamis (19/9). Saat itu pengunjung diberi sajian makanan kecil yaitu, kue, kacang atom, tahu bakso dan minuman teh. Juga ada sajian nasi dengan mi dan lauk ayam.
Namun, keesokan harinya atau Jumat (20/9), ada sejumlah warga yang mengeluhkan mual- mual, diare, muntah dan pusing. Mereka pun berobat ke bidan desa terdekat. Ternyata, pada Sabtu (21/9), jumlah pasien yang berobat terus bertambah.