Pengelola Balai Taman Nasional Gunung Merbabu Lepas 30 Ekor Landak Jawa

Landak jawa yang dilepas pengelola Balai Taman Nasional Gunung Merbabu. (Yulianto/Fokusjateng.com)

FOKUS JATENG-BOYOLALI-Balai Taman Nasional Gunung Merbabu(TNGMb) bersama Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) melakukan pelepasliaran 30 ekor landak jawa (histrix javanica) dikawasan lereng Merbabu yang beberapa saat lalu sempat terbakar.

Ketiga puluh satwa tersebut merupakan landak hasil penangkaran dan sekaligus riset dari LIPI yang indukannya bersumber dari Gn Merbabu dan Gn Lawu. Selain itu puluhan landak itu sudah diberi semacam chips sistem pemosisi global /GPS sehingga nanti secara reguler LIPI akan memonitor keberadaan landak tersebut.

“Umur landak yang dilepasliarkan sekitar 2 tahunan,” kata Indra Exploitasia, Direktur Konservasi Keanekaragaman Hayati (KKH), Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (Ditjen KSDAE), Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), selaku pembuka acara pelepas liaran. Selasa (12/11/2019).

Dijelaskan, lokasi pelepasan tersebut sudah dikaji dan dipilih sendiri peneliti dari Lipi dengan typologi habitat yang sesuai dengan kriteria tempat tumbuh landak. Areal pelepasan adalah kawasan Merbabu yang beberapa saat lalu terbakar hebat.

“Kami sudah survei lokasi pelepasliarannya, memang cocok, pakan banyak tersedia untuk mereka,” kata dia.

Indra menjelaskan populasi landak jawa di alam liar terus menurun. Hal ini dikarenakan kebakaran tersebut selain beragam tumbuhan, banyak satwa yang mati. Dengan program pelepasliaran landak ini diharapkan dapat merestorasi kembali anasir-anasir ekosistem Merbabu yang sempat terganggu karena kebakaran hutan beberapa saat lalu.

“Lokasi pelepasan landak dipilih di areal jurang yang sangat jauh dari ladang atau pemukiman penduduk. Lokasi pelepasan ada 3 tempat yaitu atas daerah Ampel Boyolali dua lokasi dan satu lokasi diatas pakis (Salatiga),” katanya.

Indra Exploitasia, berharap pelepasliaran landak dapat memulihkan ekosistem merbabu dan dapat melestarikan keberadaan jenis landak ini (Di Indonesia ada 4 jenis) dari kepunahan di alam.

“Kita berharap kesadaran masyarakat terus meningkat hingga tidak ada lagi warga yang memelihara satwa yang dilindungi, satwa-satwa liar ini, lebih bermanfaat hidup dialam liar, karena mereka punya fungsi menyeimbangkan ekosistem,” pungkasnya.