Pabrik Kayu Lapis PT Abioso Batara Alba Ampel Boyolali Kerjasama dengan Warga, Ini Bentuknya…

Ruang produksi pabrik kayu lapis PT Abioso Batara Alba Ampel, Boyolali. (Yulianto/Fokusjateng.com)

FOKUS JATENG-BOYOLALI-Perusahaan kayu lapis PT Abioso Batara Alba, Ampel, menerapkan pola kerjasama dengan warga sekitar untuk memasok bahan baku kayu lapis.

“Kami memiliki kerjasama dengan petani sekitar dengan menjadikan pohon sengon sebagai salah satu sumber pendapatan tambahan yang menguntungkan,” kata Presdir PT Abioso, Mintarjo. Selasa (19/11/2019).

Dijelaskan, dengan cara tersebut kebutuhan pasokan kayu sengon akan mudah didapatkan dengan sebaran petani yang membudidayakan di kawasan tak jauh dari pabrik. “Kita berikan bibit, sekaligus pemeliharaan, kemudian kita juga yang membeli pohonnya,” katanya.

Kendati untuk bahan baku tidak kesulitan. Namun untuk bahan kertas dan lem masih harus didatangkan dari luar negeri. “Ya, untuk kertas dan lem masih impor. Uniknya, lapisan kertas itu bisa masuk ke dalam pori- pori kayu sehingga melekat kuat. Dengan produk ini, maka kami yakin mebel dalam negeri yang mennggunakan bahan kayu lapis bakal berkembang terus,” ujarnya.

Mintarjo menjamin, kualitas produk yang dihasilkannya. Selain harganya lebih murah, produk mudah dibentuk dan finishing lebih mudah. Bahkan, bahan tersebut mampu bertahan hingga 15 tahun.

Kepala Produksi PT Abioso, Rusdianto menambahkan, saat ini produksi kayu lapis mayoritas untuk pasar domestik. Akan tetapi, secara bertahap, pihaknya akan memprioritaskan pasar ekspor dengan produk baru. “Antara lain, melamin. Saat ini, 70 persen untuk pasar domestik dan 30 persen ekspor, dimana produksi mayoritas adalah kayu lapis.”

Ke depan produksi kayu lapis akan dikurangi bertahap dan beralih sepenuhnya ke melamin. Hal ini mengingat pasaran ekspor sangat tinggi. Dengan kualitas yang lebih bagus, maka permintaan pun semakin meningkat. “Pasar Eropa untuk interior dan mebel terbuka luas karena memang produk baru ini lebih praktis dan mudah dibentuk,” ujar Rusdianto.

Berkait hal tersebut, Pemkab Boyolali terus mendorong kalangan industri meningkatkan nilai tambah produk kayu.
Menurut Asisten II Sekda Boyolali, Widodo Munir, kayu yang belum diolah atau yang baru ditebang dari perkebunan atau hutan memiliki nilai murah. Namun, begitu diolah menjadi kayu lapis maka harganya meningkat. Apalagi dengan pengolahan yang dilakukan pabrik seperti PT Abioso, maka harga menjadi lebih mahal.

“Indonesia sangat kayu hasil kayu, karena itu harus benar- benar dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Apalagi, jika mampu memenuhi kebutuhan ekspor, maka bakal memberi nilai tambah luar biasa,”pungkasnya.