FOKUS JATENG-BOYOLALI-Kasus HIV/ AIDS di Boyolali bisa dibilang cukup tinggi. Sejak virus ini ditemukan pertama kali di Boyolali tahun 2005 lalu sampai sekarang sudah ada 596 kasus. Bahkan ada puluhan orang dengan HIV/AIDS (Odha) meninggal dunia.
Untuk itu, itulah sebabnya Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Boyolali berusaha keras untuk melakukan penaggulangan HIV/ AIDS ini. Salah satunya dengan implementasi Peraturan daerah (Perda) Penanggulangan TBC dan HIV/AIDS.
Asisten 3 Setda Boyolai, Wiwis Trisiwi Handayani meminta Komisi Penanggulangan Aids (KPA) Boyolali mengimplementasikan Perda tersebut. Perda nomor 13 tahun 2019 ini sangat strategis untuk menganggulangi penyebaran HIV/AIDS di Boyolali.
Karena disana (Perda) iji juga mengatur perusahaan khususnya jasa hiburan dan kebugaran untuk melakukan pengawasan terhadap karyawanya. “ Tempat hiburan dan kebugaran cukup rentan terhadap penularan HIV/AIDS. Untuk itu, KPA berasama instansi terkait lainya segera koordinasi untuk melakukan pengawasan atau pengecekan,” kata Wiwis.
Wiwis yang sebelum menjadi Assisten menjabat sebagai Kepala Dinas Pemuda olah raga dan Pariwisata (Disporapar) Boyolali paham mengenai kondisi tempat hiburan di Boyolali. Bahkan pihaknya pernah memerintahkan anggota untuk mengecek satu persatu ijin tempat hiburan yang ada di Boyolali ini.
“Ini merupakan salah satu upaya untuk menanggulangi HIV/AIDS di Boyolali,” ujarnya.
Sementara itu, sekretaris KPA Boyolali, Titiek Sumartini, mengatakan 80 persen ODHA di Boyolali berusia produktif antara 15-50 tahun. Virus ini ditularkan melalui hubungan seksual beresiko seperti dalam kasus lelaki seks dengan lelaki (LSL) yang jumlahnya diklaim meningkat dan kaum transgender atau waria.
“KPA Selalu mengimbau kepada masyarakat yang menderita HIV / AIDS silahkan lapor agar dapat tertangani,” katanya.
Masyarakat juga diminta untuk tidak mudah memberikan stigma negative dan diskriminasi kepada ODHA. Sehingga akan membuat mereka terasing dan terkucil dari masyarakat. Kepala Dinkes Boyolali, Ratri S Lina berharap, jumlah penderita HIV/AIDs di Boyolali yang terdeteksi semakin banyak. Dengan demikian, pola penanganan dan pencegahan penyebarannya dapat dikendalikan.
“STOP. Screening, Temukan, Obati, Pertahankan,” pungkas Lina.