Guguran Awan Panas Gunung Merapi Tak Terpantau Secara Visual Timbulkan Hujan Abu

Butiran putih hujan abu dari Gunung Merapi menempel di mobil di wilayah Boyolali. (Yulianto/Fokusjateng.com)

FOKUS JATENG-BOYOLALI-Gunung Merapi kembali mengeluarkan awan panas guguran, Sabtu (4/1) pukul 20.36. Namun, awan panas guguran ini tidak terpantau secara visual karena suasana di Gunung Merapi berkabut.

Dampak awan panas dirasakan sebagian warga di wilayah Kecamatan Cepogo. Yaitu terjadinya hujan abu pada Sabtu tengah malam. Bahkan, sebagian warga di kawasan lereng Merapi sisi timur mendengar suara gemuruh.

Tak hanya itu saja, hujan abu juga membuat petani di Kecamatan Cepogo was- was. Mereka khawatir hujan abu bisa merusak tanaman bawang merah yang ditanam di areal perladangan. Untuk itu, petani pun sigap membersihkan abu yang menempel pada tanaman.

“Ya, dibersihkan dengan cara daun tanaman digoyang- goyang agar abunya luruh,” ujar Turmudi (49) salah satu petani Desa Sukabumi, Kecamatan Cepogo.

Dijelaskan, jika tidak segera dibersihkan, maka tanaman bawang merah bisa rusak. “Iya, tanaman bisa rusak karena abu ini kan panas dan berat. Kalau menempel terlalu banyak dan dibiarkan maka rumpun tanaman bisa ambruk dan mati layu.”

Selain terkena hujan abu, dia juga sempat mendegar suara gemuruh. Meskipun suara gemuruh tidak terlalu keras dan durasinya tidak lama. “Warga tetap tenang, namun waspada seperti himbauan yang sudah disampaikan perangkat desa.”

Petani lain,Supri (51) juga mengaku terpaksa mengecek tanaman bawang merah di ladangnya. Abu yang menempel terlalu banyak pun dibersihkan. Demikian pula yang terserak di tanah dibersihkan dengan sabit.

“Untungnya, saat ini musim hujan, sehingga abu cepat larut kalau terkena hujan lebat.”

Terpisah, Kepala Pelaksana Harian (Kalakhar) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Boyolali, Bambang Sinungharjo membenarkan terjadinya hujan abu di sebagian wilayah Boyolali.

Pihaknya juga meminta warga agar tetap tenang dan mematuhi informasi yang disampaikan jajaran terkait hingga kades dan perangkat desa. Hal ini mengingat hingga saat ini, Gunung Merapi masih berstatus Waspada.

“Kami senantiasa berkoordinasi dengan Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta dan jajaran terkait lainnya.”