Antisipasi Antraks, Disnakan Boyolali Lakukan Vaksinasi

Vaksinasi hewan yang dilakukan Disnakan Boyolali. (Yulianto/Fokusjateng.com)

FOKUS JATENG-BOYOLALI-Munculnya penyakit Antraks yang menyerang sapi di Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta, membuat Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Boyolali langsung bergerak cepat mengantisipasinya.

Bambang Purwadi, Kepala Disnakkan Kabupaten Boyolali, menyatakan mengintensifkan pemeriksaan dan pengawasan komoditi yang masuk dari luar Boyolali.

“Ternak sapi dari luar seperti Gunungkidul, Pacitan dan Wonogiri yang masuk ke Boyolali dipantau secara ketat. Sehingga jika diketahui terkena antraks bisa cepat diketahui,” ujar Bambang Purwadi.

Kendati Boyolali sejauh ini aman, namun kasus antraks saat ini merebak di wilayah Gunungkidul. Pengawasan juga mencakup ternak asal Pacitan dan Wonogiri mengingat kedua wilayah itu berbatasan dengan wilayah Gunungkidul.

“Kami juga rutin melakukan sosialisasi dan edukasi kepada para pedagang dari luar tersebut,” ujarnya.
Dia menegaskan, pantauan dilakukan secara ketat mengingat wilayah Boyolali sendiri pernah terjangkit antraks pada tahun 2011 lalu. Beruntung, hingga kini, kasus serupa tidak terjadi lagi di Boyolali.

Namun demikian, upaya pengawasan jangan sampai lengah. Pihaknya juga rutin mengambil sampel tanah di tempat penguburan hewan yang mati terjangkit antraks. Pengambilan sampel tanah juga dilakukan di tempat penyembelihan ternak.

“Selanjutnya, sampel dibawa ke laboratorium di Wates, Kulonprogo.”katanya.
Bambang menjelaskan, tindakan lain juga dilakukan dengan cara melakukan vaksinasi antraks terhadap ternak sapi dan kambing. Setidaknya, Disnakkan Boyolali menyiapkan 3.000 – 6.000 vaksin antraks untuk ternak di Boyolali setiap tahun.

“Vaksinasi dilakukan secara gratis,”katanya.

Disnakkan, lanjut dia, juga menyediakan dana khusus pengganti hewan ternak yang mati mendadak, utamanya ternak kambing dan sapi. Pemberian bantuan sosial juga bertujuan agar ternak yang diduga mati akibat antraks tersebut tidak dijual.

“Sebab, ini sangat membahayakan. Selain bisa menular ke hewan lain, juga bisa menular kepada manusia. Jadi, kami siapkan dana pengganti,” imbuhnya tanpa menyebut besaran dana bantuan sosial tersebut.